Sabtu, 09 Maret 2013

SEBELUM ANDA MENYESAL

pismanKadang kala orang menghadapi penderitaan fisik dan rohani serta berbagai kesulitan di dunia. Perasaan-perasaan (penderitaan) ini begitu kuat sehingga tidak bisa dibandingkan dengan rasa sakit fisik manapun. Perasaan yang menyebabkan tekanan besar dalam jiwa manusia yang dimaksud disini adalah sebuah perasaan yang disebut dengan 'penyesalan'.
Ada dua bentuk penyesalan yang sangat berbeda satu sama lain. Yaitu,  penyesalan yang dirasakan oleh orang beriman dan penyesalan yang dialami orang yang tidak beriman (kafir).
Orang-orang yang beriman  adalah orang-orang  yang memiliki  kepercayaan sepenuhnya bahwa setiap peristiwa yang terjadi merupakan Kehendak Allah, dan apa pun yang menimpa mereka juga atas Kehendak Allah. Hal ini menjelaskan betapa mereka memiliki kepercayaan penuh dan tidak berputus asa pada Tuhan serta melaksanakan ibadah untuk memperoleh ketenangan, pada waktu-waktu yang utama, baik ketika berada dalam masalah atau ketika mereka melakukan kesalahan. Ketika melakukan kesalahan, orang beriman segera bertobat dengan tulus dan berharap ampunan dari Allah. Oleh karena itu, ia tidak mengalami penderitaan batin yang amat sulit dan penyesalan hidup yang berkepanjangan. Penyesalan yang dirasakan oleh orang beriman mendesak mereka untuk bertobat, untuk menyucikan diri dan mencegah mereka untuk mengulangi kesalahan ini. Hal ini membantu mereka memperbaiki kesalahan mereka dan mencegah mereka terjun ke dalam suasana hati yang amat sulit dan pesimis. Selain itu, penyesalan ini tidak mengurangi antusiasme mereka, pengabdian, atau semangat keagamaan, dan juga tidak menyeret mereka pada sebuah lingkaran ketakutan dan depresi.
Di sisi lain, penyesalan yang dirasakan oleh orang-orang kafir sangat menyedihkan dan konstan, karena mereka tidak bertawakal kepada Allah ketika mereka menghadapi kesulitan atau melakukan hal yang dilarang oleh Allah. Sepanjang hidup mereka, mereka sering mengungkapkan "Saya berharap saya tidak melakukan ini ..." "Saya berharap saya tidak pernah mengatakan ini ...", dan sebagainya.
Lebih pentingnya lagi, orang-orang kafir akan terjebak pada sebuah penyesalan yang jauh lebih besar di akhirat. Mereka yang memisahkan urusan agama dengan urusan dunia (sekuler), akan menyesal setiap saat dalam kehidupan mereka. Mereka telah diberi peringatan sebelumnya dan ditunjukkan jalan yang lurus. Mereka memiliki cukup waktu untuk merenungkan dan memikirkan mana yang benar. Namun mereka tidak mendengarkan ketika mereka diperingatkan, mengabaikan akhirat seolah-olah mereka tidak akan pernah mati. Kemudian di akhirat, mereka tidak akan memiliki kesempatan untuk kembali ke dunia ini dan memperbaiki kesalahan mereka. Dalam Al-Qur'an, ungkapan penyesalan mereka tertulis sebagai berikut:
Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata: "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah."
(QS. An-Naba', (78):40)
Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata: "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman", (tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan).
(QS. Al-An'am, (6):27)

Mereka akan berkata:
Dan mereka akan berkata: “Kalau saja kami benar-benar mendengarkan atau menggunakan akal kami (memikirkan peringatan itu), maka tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang apinya menyala-nyala.”
(QS. Al-Mulk, (67):10)
Perlu diingat bahwa pada hari itu tidak seorang pun yang menyesal akan diselamatkan dari murka Allah. Satu-satunya cara untuk menghindari penyesalan ini adalah dengan tunduk kepada Allah selagi masih ada waktu dan mematuhi segala perintah Allah.
Patuhilah seruan Tuhanmu sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak kedatangannya. Kamu tidak memperoleh tempat berlindung pada hari itu dan tidak (pula) dapat mengingkari (dosa-dosamu).
(QS. Asy-Syuura, (42):47)

ALLAH BERKUASA ATAS SEGALA SESUATU

11806592024xk7cy0un5%5B1%5DAllah, pencipta segala sesuatu, satu-satunya pemilik seluruh makhluk. Dialah Allah yang menghimpun gumpalan awan, yang memanaskan dan menerangi bumi, merubah arah angin, menetapkan burung-burung tetap di langit, menyemai benih, menentukan detak jantung manusia, menetapkan fotosintesis tanaman, dan menjaga planet-planet pada orbitnya. Orang pada umumnya mengira bahwa fenomena seperti itu terjadi menurut “hukum fisika”, “gravitasi”, “aerodinamika”, atau faktor-faktor fisika lainnya; akan tetapi, terdapat satu kebenaran pentingyang mereka abaikan: semua hukum fisika itu diciptakan oleh Allah. Sesungguhnya, satu-satunya penguasa di alam raya ini adalah Allah.
Allah mengatur segala sistemdalamsetiap peristiwa di bumi, tanpa memperhatikan apakah kita menyadarinya, atau apakah kita tertidur, duduk, atau berjalan. Pada masing-masing banyaknya proses di alam ini dan segala yangesemsialbagi eksistensi kita, semua itu berada di bawahkendali Allah. Bahkan kemampuan kita untuk mengambil sebuah langkah kecil pun bergantung pada ciptaan Allah dengan sangat detail, termasukgayagravitasi bumi, struktur kerangka manusia, sistem saraf dan otot, otak, jantung, dan bahkan kecepatan rotasi bumi.
Menghubungkan eksistensi dunia dan seluruh alam pada kebetulan belaka sungguh sebuah khayalan. Aturan hebat yang berlaku di bumi maupun alam raya sepenuhnya menentang kemungkinan pembentukan melalui suatukebetulan, dan–bahkan–lebih sebagai pertanda jelas kehendak Allah yang tidak terbatas. Sebagai contoh, orbit bumi mengelilingi matahari manyimpang hanya 2,8 mm di setiap 29 km dari jalur yang sebenarnya. Jika penyimpangan ini 0,3 mm lebih panjang atau lebih pendek, maka semua makhluk hidup di penjuru bumi akan membeku atau terbakar. Sementara, sebenarnya mustahil–bahkan–bagi sebuah kelereng berputar pada orbit yang sama tanpa penyimpangan sedikitpun, dan bumi mengerjakan bagiantersebutmeskipun memiliki masa yang besar. Sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’ân, “...Allah telah menetapkan kadar pada seala sesuatu...” (QS. Al-Thalâq, (65):3). Sebenarnya, keteraturan di alam yang begitu baik ini, dipelihara sebagai wujud sistem yangluar biasayang bergantung sepenuhnya pada pola keseimbangan yang rumit.
Beberapa orang menganut keyakinan yang keliru, bahwa Allah “menciptakan segalanya dan kemudian meninggalkannya sebagaimana yang telah ditetapkan”. Akan tetapi, peristiwa apapun yang bertempat di alam raya ini, terjadi semata oleh kehendak Allah dan di bawah kendaliNya. Hal ini dinyatakan dalam Al-Qur’ân:
“Tidakkah kamu tahu bahwa Allah mengetahui segala yang ada di langt dan di bumi? Yang demikian itu sudah terdapat dalam sebuah kitab (lauh mahfuz). Sesungguhnya yang demikian itu sangat mudah bagi Allah.(QS. Al-Hajj, (22):70)
Sangat penting menggenggam fakta ini bagi seseorang yang tengah berjuang dekat pada Allah. Doa Nabi Muhammad saw. yang dikutip dibawah ini merupakancontoh yang sangat tepat:
Ya Allah: segala puji bagiMu: Engkaulah Penguasa langit dan bumi. Segala puji bagiMu; Engkaulah Pemelihara langit dan bumi dan segala yang ada di dalamnya. Segala puji bagiMu; Engkaulah Cahaya langit dan bumi. PerkataanMu itu benar, dan janjiMu juga benar, dan pertemuan denganMu itu benar, dan surga dan api neraka juga benar, dan waktu itu benar. Ya Allah! aku serahkan diri ini padaMu, dan aku percaya dan bergantung padaMu, dan aku bertobat padaMu, dan dengan petunjuk-petunjukMu aku berdiri menghadapi musuh-musuhku, dan padaMu aku tinggalkan hukuman (untuk mereka yang menolak pesanku). Ya Allah! Ampunilah dosa-dosaku yang telah kulakukan atau aku lakukan nanti, dan juga dosa-dosa yang aku lakukan secara terang-terangan maupun tersembunyi. Hanya Engkaulah Tuhanku yang aku sembah dan tiada Tuhan bagiku (yaitu tidak menyembah kecuali padaMu). (HR. Al-Bukhârî)
Proses rumit yang terjadi pada tubuh makhluk hidup adalah contoh menarik yang membantu kita meyakini kehendak Allah. Sebagai contoh, di setiap saat, ginjal menyaring darah dan melepaskan molekul-molekul berbahaya untuk dikeluarkan dari tubuh. Penyaringan dan proses pembersihan ini , yang dapat dijalankan oleh satu sel ginjal, hanya dapat dikerjakan oleh haemodialyser (ginjal buatan). Haemodialyser secara sengaja dirancang oleh parailmuan. Akan tetapi, ginjal tidak merasakan atau memilikipusatpembuat keputusan, ataupun daya berpikir. Dengan kata lain, sel ginjal yang ‘tidak sadar’ ini dapat menyelesaikan tugas yang–justru–menuntut sebuah proses berpikir yang rumit.
Adalah hal yang mungkin menemukan jutaan contoh serupa di dalam makhluk hidup. Molekul, tersusun dari materi yang ‘tidak sadar’, melakukan tugas yang begitu hebatyangsebaliknya memberi kesan ‘kesadaran’. Jenis ‘kesadaran’ dalam perkara ini jelas–tentunya–merupakan ilmu dan kearifan Allah yang tidak terbatas. Allah lah yang menciptakan sel-sel ginjal, seperti halnya moleku-molekul tersebut, dan yang menetapkan–dalam keteraturan–untuk menjalankan tugasnya masing-masing. Dalam Al-Qur’ân Allah menerangkan pada kita bahwa Dia yang terus-menerus mengirimkan ‘perintah’ pada makhluk ciptaanNya:
Allah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS. At-Thalâq, (65):12)
Jelaslah, Allah, yang menciptakan segala yang ada di alam ini, tentu saja dapat menghidupkan yang mati. Dari kenyataan ini, Allah menetapkan sebagai berikut:
“Tidakkah mereka memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi, dan Dia tidak merasa letih karena menciptakannya, dan Dia kuasa menghidupkan yang mati? Begitulah, sungguh Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”(QS. Al-Ahqaf, (46):33)

Sabtu, 19 Juni 2010

IMAN KEPADA ALLAH

Rukun Iman yang pertama adalah Iman kepada Allah SWT. Iman kepada Allah adalah yang paling pokok dan mendasari seluruh ajaran Islam, dan ia harus diyakinkan dengan ilmu yang pasti seperti ilmu yang terdapat dalam kalimat shahadat “laa ilaaha illallah”. Ialah yang menjadi awal , inti, dan akhir dari seluruh seruan Islam sebagaimana wasiat Rasulullah saw kepada sahabat Mu’adz, ketika beliau mengutus sahabat tersebut ke negeri Yaman : “Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kau dari Ahli Kitab, maka hendaklah engkau mengawali da’wahmu kepada mereka ‘penyaksian bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah’. Kemudian jika mereka telah taat kepadamu, maka ajarkan lagi kepada mereka bahwa Allah mewajibkan atasnya shalat lima waktu.”

Qur’an sebagai sumber pokok ajaran Islam telah memberikan pedoman kepada kita dalam mengenal Allah SWT. Demikian pula dikemukakannya bukti-bukti yang pasti tentang kekuasaan-Nya bersama seluruh sifat keagungan-Nya. Bahwa Allah SWT adalah Dzat Yang Maha Suci, suci daripada sifat yang serupa dengan alam. Ia tak dapat diserupakan dalam bentuk apapun juga, maka anthropomorphisme tidak dikenal dalam Islam. Ia juga tidak bersatu dengan makhluk-Nya, sebagaimana Ia tidak bertempat pada sesuatu benda yang dijadikan-Nya, sebab itu pantheisme bertentangan dengan ajaran Islam. Konsep Ketuhanan menurut Qur’an berdasarkan atas firman Allah SWT :

“ Katakanlah, Ia Allah Maha Esa. Allah-lah tempat sekalian makhluk bergantung. Tidak Ia beranak , dan tidak Ia diperanakkan. Dan tidak ada siapapun yang setara dengan-Nya”. ( QS Al Ikhlash : 1-4 )

“ Dialah Allah Tuhan kamu, tidak ada Tuhan melainkan Dia, Pencipta segala sesuatu, karena itu sembahlah Dia oleh kamu, dan Dia menguasai segala sesuatu. Dia tidak terlihat oleh pandangan mata, tetapi Dia sendiri melihat dan Dialah Dzat yang lemah lembut lagi mha mengetahui.” ( QS Al An’am : 102-103 )

Pengetahuan manusia kepada Allah SWT adalah sejalan dengan sejarahnya sendiri. Itulah pengetahuan yang pertama kali diterima oleh manusia pertama, Adam as, yang diajarkan oleh Penciptanya, dan pengetahuan itulah yang kemudian diajarkan kepada anak cucunya. Bahkan manusia telah menyatakan imannya kepada Allah SWT sejak dia di alam arwah. Firman Allah SWT :

“ Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab : ‘Betul ( Engkau Tuhan kami ), kami menjadi saksi.” ( QS Al A’raf : 172 )

Dalam sejarah purba, manusia jahiliah mengenal juga Allah. Mereka mengerti bahwa yang menjadikan alam semesta dan yang harus disembah ialah Dzat yang bernama Allah itu. Qur’an mengungkapkan :

“ Katakanlah! Siapakah yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang berkuasa ( menciptakan ) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan? Maka mereka menjawab : “Allah”. Maka katakanlah : ‘Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?” ( QS Yunus : 31 )

“ Dan jika kamu Tanya mereka itu ( orang-orang jahiliah ), siapakah yang menjadikan langit dan bumi, niscaya mereka menjawab: ‘yang menjadikannya ialah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Mengetahui.” ( QS Az Zuhruf : 9 )

Demikianlah pengakuan orang-orang jahiliah! Tetapi mengapa mereka menyembah juga berhala-berhala? Mereka menjawab bahwa patung-patung dan berhala-berhala yang mereka sembah itu adalah semata-mata berfungsi sebagai makelar-makelar dalam menyembah Allah dan untuk mendekatkan mereka kepada-Nya. Qur’an mengungkapkan jawaban mereka dalam firman Allah SWT :

“ Tidaklah kami menyembah mereka itu ( berhala-berhala ), melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepeda Allah, sehingga menjadi dekat.” ( QS Az Zumar : 3 )

Dalam kehidupan yang dianggap modern sekarang banyak kita jumpai hal-hal yang hakekatnya sama dengan keadaan manusia jahiliah dahulu. Menurut cara yang primitif, mereka menyembah patung-patung, berhala-berhala, pohon-pohon, gunung-gunung, sungai-sungai dan sebagainya dengan dalih sebagai perantara dalam menyembah Allah SWT. Dalam kehidupan orang-orang yang menamakan dirinya modern, cara itu nampak pada penghormatan-penghormatan pada monumen-monumen, keris-keris pusaka, tongkat-tongkat keramat, makam-makam dan sebagainya. Sebagian mereka mengambil dukun-dukun sebagai tempat konsultasi tentang berbagai masalah pribadi, social, ekonomi, politik, karir dan kedudukan-kedudukan penting dalam negara dan pemerintahan. Bahkan ada yang mengambil burung perkutut sebagai tempat konsultasinya. Semua itu hakekatnya satu ialah perbuatan syirik, mempersekutukan Allah SWT, dosa yang paling besar.

Islam memandang perbuatan semacam itu sebagai perbuatan hina akibat kebodohan. Bukankah manusia telah diciptakan pada martabat yang paling tinggi di antara seluruh makhluk di alam semesta ini ? Dengan perbuatan syirik, berarti dia telah menjatuhkan martabat kemanusiaannya yang tinggi. Sebab dia menghambakan diri kepada alam, suatu aniaya kepada diri sendiri. Itulah sebabnya manusia harus langsung kepada Tuhan tanpa menggunakan makelar-makelar sebagai perantara. Karena itu, Islam mengajarkan tauhid sebagai sumber hidup dan kehidupan yang benar. Dalam menyembah, memohon dan berdo’a harus langsung dihadapkan kepada Allah SWT :

“ Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka ( jawablah ), bahwa Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia berdo’a kepadaKu. Maka hendaklah mereka itu memenuhi ( segala ) perintahKu dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” ( QS Al Baqarah : 186 )


Metode Pembuktian Wujud Allah

Untuk membuktikan wujud Allah, Qur’an menunjukkan suatu metode yaitu dengan menyelidiki kepada kejadian manusia dan alam semesta. Alam ini adalah bukti-bukti kebenaran dan wujud Allah SWT. Filosuf Ibnu Rusyd ( 1126-1198) berkata : “Untuk membuktikan wujud Allah itu ada dua cara : yang pertama dinamakan ‘dalil al ‘inayah’ ( the proof of providence ) ; dan yang kedua dinamakan ‘dalil al ikhtira’ ( the proof of creation ).

Kesimpulan dari dalil pertama ialah bahwa sesungguhnya tentang kesempurnaan struktur susunan alam semesta ini menunjukkan adanya suatu tujuan tertentu pada alam. Dan tidaklah mungkin bahwa alam semesta yang kita lihat itu, sempurna struktur kejadiaannya adalah suatu barang yang wujudnya kebetulan, tapi pasti telah ditentukan tujuannnya, bahwa ia adalah natijah daripada hikmah Ketuhanan yang sangat dalam.
Dan mengenai dalil kedua, berkesimpulan bahwa semua yang ada ( maujud ) yang kita lihat ini adalah makhluk ( dijadikan ), utamanya pada makhluk-makhluk hidup, dimana manusia sangat lemah untuk dapat menciptakan walaupun seekor binatang kecil.
Ibnu Rusyd menunjukkan itu memberikan arti bahwa ada Tuhan yang telah menjadikan nya seluruh makhluk ini. Dalam Qur’an, surat Al Haj : 73, Allah berfirman :

“ Hai manusia, telah ditunjukkan satu perumpamaan. Sebab itu dengarkanlah! Sesungguhnya yang kamu seru selain Allah, tidak akan bisa membikin lalat, walaupun mereka bersatu menjadikannya.”

Qur’an selalu mendesak kepada manusia untuk memikirkan betapa kejadian alam semesta dengan segala isinya. Betapa langit yang tak terbatas, perjalanan bintang-bintang dan planet-planet yang serba teratur, perputaran dan pergantian musim, angin yang berhembus dan yang berarak yang tiada hentinya. Kemudian manusia disuruh menukikkan pandangannya ke bumi, betapa ia telah dihamparkan penuh dengan serba ragam kekayaan, gunung-gunung yang mencakar langit, makhluk nabati dan hewani yang serba macam jenis telah diciptakan berjodoh-jodohan. Dan akhirnya kepada diri manusia sendiri, betapa ia telah diciptakan dari setetes air mani, kemudian berbentuk segumpal darah, lalu menjadi sebentuk daging yang kemudian diberi kerangka dari tulang-tulang. Dari proses evolusi yang indah tapi unik itu akhirnya lahirlah menjadi manusia sempurna. Semuanya adalah bukti tentang eksistensi dan keagungan Allah SWT.

“ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil dan duduk dan dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi ( seraya berkata ) : Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” ( QS Ali Imran : 190-191 )

“ Apakah mereka tiada memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan, segala sesuatu yang telah dijadikan Allah ?” ( QS Al A’raf : 185 )

Selanjutnya Qur’an menegaskan bahwa Allah itulah satu-satunya Dzat yang menciptakan jagad raya ini, dan hanya Dialah yang memberikan hokum-hukum, mengatur dan memeliharanya. Andaikata ada Tuhan selain Allah, maka pastilah langit dan bumi itu hancur binasa. Sebab itu, mengapa manusia menganggap ada Tuhan selain Allah SWT ?

“ Sekiranya ada di langit dan di bumi beberapa Tuhan selain dari Allah, sungguh hancur binasalah seluruh langit dan bumi itu. Maha Suci Allah Tuhan bagi Arasy, daripada apa yang mereka sifatkan.” ( QS Al Anbiya’ : 22 )

Menurut ajaran Islam, wujud ( yang ada ) itu ada dua, yaitu : Allah dan alam. Allah ialah Khalik, Pencipta alam, dimana Dia sendiri tidak diciptakan. Existensi Allah adalah wajib, karena itu Dia adalah wajibul wujud , artinya adaNya adalah wajib. Dia tidak mungkin tidak ada. Tidak adanya Dia itu adalah mustahil. Dia suci dan berbeda dari alam dalam segala hal, “laisa kamitslihi syaiun”. Ini adalah aqidah Islam dan kaum muslimin.

Alam ialah makhluk, diciptakan oleh Allah. Tentang existensinya adalah mungkin saja, artinya boleh ada dan boleh tiada. Sebab itu ia dinamakan mumkinul wujud. Tetapi kenyataannya ia telah ada, karena itu dinamakan pula ia baru. “Baru” artinya dari tiada ke ada ( wujud ). Karena alam ini telah menjadi kenyataan, maka mestilah alam ini berpermulaan dan takhluk sepenuhnya kepada yang menjadikan dan menyebabkan wujud itu, itulah Dia Allah, Rabbul’alamin, wajibul wujud.

Yang dimaksud alam dalam ilmu tauhid ialah segala sesuatu yang dapat ditanggap oleh panca indera kita atau oleh perasaan dan pikiran kita. Dari partikel-partikel atom sampai kepada bintang-bintang raksasa, yang organis kepada yang anorganis. Seluruh jagad raya dengan isinya, juga ruang dan waktu adalah alam.

Alam itu mempunyai keadaan dan sifat-sifat khas. Pertama, ia takhluk kepada hukum gerak, berubah dan berkembang. Dari tiada lalu ada, dari kecil kepada besar, dari keadaan lemah menjadi kuat, kemudian kembali lemah lagi. Kebenaran yang diperolehnya nisbi, dan akhirnya ia mati dan musnah.
Kedua, alam itu dapat disusun atau tersusun ( murakkab ), karena ia adalah maddah ( materi ) dari susunan atom-atom dan molekul-molekul. Sebab itu pula ia berbentuk atau berwarna dan dapat diarahkan.
Ketiga, alam itu takhluk kepada ruang dan waktu ( space and time ), walaupun ruang dan waktu itu adalah alam juga.
Keempat, alam itu dapat ditanggap dengan panca indera, perasaan dan pikiran kita.
Semua keadaan dan sifat-sifat tersebut yang empat, adalah sama sekali suci daripada keadaan dan sifat-sifat Tuhan, Allah SWT.

Nilai guna dari pengetahuan kita tentang keadaan dan sifat-sifat khas alam itu ialah, bahwa segala yang dapat ditanggap oleh panca indera, dan segala yang berubah adalah tidak kekal, pasti mati dan musnah. Sebab itu janganlah ia disembah dan dipertuhankan, ia bukan Tuhan. Demikian pula segala yang takhluk kepada ruang dan waktu, ia tidak boleh dipuja karena ia bukan Tuhan. Maka Tuhan tidak boleh dipatungkan, dipahat, digambar, dan dilukis. Tuhan bukan maddah dan materi. SubstansiNya dan sifat-sifatNya tidak ada sedikitpun persamaannya dengan alam, ‘laisa kamitslihi syaiun’. Inilah akidah Islam dan kaum muslimin.

Tuhan itu ialah Allah SWT. Dia adalah Maha Esa. Dia Esa dalam segala-galanya. Esa dalam dzatNya, artinya tidak ada persamaannya dari seribu satu zat-zat yang kita kenal dalam ilmu fisika. Dia Maha Esa dalam sifat-sifatNya, sebagaimana sifat-sifat Tuhan yang terkenal dalam istilah ‘Sifat Duapuluh’. Dia Maha Esa dalam laku perbuatanNya. Dia Maha Esa dalam wujudNya, artinya hanya Allah sajalah yang wajibul wujud, yang lainnya hanya mumkinul wujud. Dia Maha Esa dalam menerima ibadah, dalam manusia berdo’a dan memohon menyampaikan maksud dan kehendaknya. Akhirnya, Dia Maha Esa dalam memberi hukum. Artinya Dialah yang satu-satunya Pemberi Hukum yang tertinggi, baik kepada alam semesta yang biasa dikenal dengan hukum alam ( law of nature ), maupun terhadap hidup dan kehidupan manusia yang disebut Syari’ah. Demikianlah Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa, Dia tidak bersyarikat dengan tiap yang ada, ‘laa syariiku lahu’.

Manfaat dari pengetahuan kita tentang keesaan Tuhan ialah manusia tidak boleh menyembah dan bertuhan selain kepada Allah SWT. Hanya Allahlah yang memiliki kekuasaan dan kehendak yang tertinggi atas seluruh alam dan manusia. Dia berkuasa memuliakan dan menghinakan kepada siapa yang dikehendakiNya, Dia berkuasa memakmurkan atau menghancurkan suatu negeri yang dikehendakiNya. Tak ada suatu kekuatan yang mampu menghalangi dan mencegah kehendak dan laku perbuatanNya, karena Dia Maha Kuasa dan Maha Perkasa. Karena itu, kita harus takwa kepadaNya, segala pengabdian hanya kepada Allah semata. Tegasnya, kita tidak boleh punya pilihan lain, baik secara perorangan maupun secara bersama, kita harus percaya dan patuh kepada kebenaran Hukum Allah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. Itulah pandangan hidup dan way of life Islam dan kaum muslimin.

Untuk mempertinggi dan mempertebal iman kepada Allah, manusia diperintahkan mempelajari alam semesta, ia laksana kitab penuh khazanah dan hikmah terbuka di hadapan kita, menjadi ‘aayatun bayyinah’, bukti-bukti yang terang benderang tentang keesaan Allah SWT. Kita tidak diperkenankan memikirkan hakekat substansi Tuhan, untuk menghindari kesesatan. Masalah substansi Tuhan adalah di luar batas kemampuan rasio manusia.

Apabila manusia mau juga menyelidiki hakekat dzat Tuhan, ia diperingatkan agar mempelajari lebih dahulu dirinya sendiri sebagai objek yang terdekat yang masih penuh rahasia dan teka-teki. Pikirkanlah dirimu sendiri, apa hakekatnya.
“ Dan dalam dirimu, apakah kamu tidak perhatikan?” ( QS Ad Dzariyat : 21 )
Dalam diri manusia ada yang bernama ‘roh’. Apa roh itu? Mampukah nanusia mengetahui hakekat roh?

“ Mereka bertanya kepada engkau tentang roh. Jawablah, roh itu masuk urusan Tuhanku, dan kepada kamu hanya diberi pengetahuan sedikit.” ( QS Al Isra’ : 85 )

Ayat ini menentang kepada mereka yang kepala batu, bahwa sedangkan roh yang berada dalam dirimu sendiri tidak sanggup engkau mengajuk hakekatnya, apalagi hakekat substansi Allah SWT, Pencipta roh itu.
Kalaupun ada pengetahuan manusia tentang roh, tentu hanyalah sebagian kecil saja daripada gejala-gejala roh yang dikenalnya. Segi itulah yang menjadikan seseorang bertahun-tahun di Perguruan Tinggi mempelajari psychology sampai menjadi sarjana. Itulah ilmu yang sedikit diberikan Tuhan kepada manusia. Alangkah kecil rasanya manusia ini, dirinya saja sudah penuh dengan teka-teki dan rahasia yang tak terkaji olehnya sendiri. Kalau begitu betapa agungnya dzat yang menciptakan manusia itu dengan alam semesta seluruhnya. Allah Maha Besar.

Manusia dilarang memikirkan hakekat dzat Tuhan. Demikian penegasan agama, tetapi logika juga memahaminya.
Manusia sebagai bagian dari alam amat nisbi, relatif sekali sifatnya. Ia dibatasi sekali oleh ruang dan waktu. Cara berpikirnya, rasionya, logikanya bersifat sama-sama nisbi. Alalnya yang nisbi hanya sanggup berpikir dan memikirkan hal-hal yang relatif pula. Dan hasil pemikiran akal yang nisbi itu akan nisbi pula sifatnya. Hal ini dilukiskan oleh sejarah filsafat. Hari ini akal menganggap ia mendapat hakekat, untuk esok ditinggalkannya lagi, karena dianggapnya tidak benar. Akal sebagai bagian dari alam, hanya sanggup memikirkan tentang dan mengenal alam.
Allah sebagai Pencipta alam, mutlak sifatNya. Ia mengatasi ruang dan waktu. SubstansiNya, cara berpikir dan logikaNya bersifat mutlak pula, di sebelah sifat keesaan. Yang nisbi tidak sanggup mengerti ( sepenuhnya ) yang mutlak. Pengetahuan dan pengertiannya terhadap yang mutlak itu nisbi pula sifatnya. Daya yang nisbi adalah nisbi pula. Yang relatif itu hanya sanggup secara penuh memikirkan yang relative pula. Yang mutlak tidak termakan oleh akalnya seluruhnya. Pengertiannya yang mutlak hanya sekedar yang dapat diartikan oleh daya kenisbiannya. Karena itulah yang nisbi tidak sanggup mengerti sepenuhnya substansi yang mutlak, tak sanggup mengajuk rasioNya, cara berpikirNya, tak sanggup sepenuhnya membanding logikaNya.

Itulah sebabnya Nabi bersabda :

“ Berpikirlah kamu tentang makhluk Allah, dan jangan kamu berpikir tentang dzatNya, niscaya kamu celaka.”

Demikianlah indahnya akidah Islam dan kaum muslimin, dibanding dengan doktrin Trinitas yang misterius lagi berbelit-belit.

Sabtu, 15 Mei 2010

KELEMAHAN MANUSIA


Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna dan melengkapinya dengan sifat yang unggul. Keunggulannya dibandingkan seluruh makhluk sebagaimana ditunjukkan oleh kemampuan intelektualnya yang khas dalam berpikir dan memahami, dan kesiapannya untuk belajar dan mengembangkan budaya tidak perlu dipertanyakan lagi.
Pernahkah Anda berpikir, mengapa meski memiliki seluruh sifat yang unggul ini manusia memiliki tubuh yang sangat rentan, yang selalu lemah terhadap ancaman dari luar dan dalam? Mengapa begitu mudah terserang mikroba atau bakteri, yang begitu kecil bahkan tidak tertangkap oleh mata telanjang? Mengapa ia harus menghabiskan waktu tertentu setiap harinya untuk menjaga dirinya bersih? Mengapa ia membutuhkan perawatan tubuh setiap hari? Dan mengapa ia bertambah usia sepanjang waktu?
Manusia menganggap semua kebutuhan ini adalah fenomena alami. Namun, sebagai manusia, keperluan perawatan tersebut memiliki tujuan tersendiri. Setiap detail kebutuhan manusia diciptakan secara khusus. Ayat "manusia diciptakan dalam keadaan lemah" (QS. An-Nisaa’, 4: 28) adalah pernyataan yang jelas dari fakta ini.
Kebutuhan manusia yang tanpa batas diciptakan dengan sengaja: agar ia mengerti bahwa dirinya adalah hamba Allah dan bahwa dunia ini adalah tempat tinggalnya yang sementara.
Manusia tidak memiliki kekuasaan apa pun terhadap tanggal dan tempat kelahirannya. Sebagaimana halnya, ia tidak pernah mengetahui di mana atau bagaimana ia akan meninggal. Lebih lanjut lagi, seluruh usahanya untuk membatasi faktor-faktor yang berpengaruh negatif bagi hidupnya adalah sia-sia dan tanpa harapan.
Manusia memang memiliki sifat rentan yang membutuhkan banyak perawatan untuk tetap bertahan. Ia pada hakikatnya tidak terlindungi dan lemah terhadap kecelakaan tiba-tiba dan tak terduga yang terjadi di dunia. Sama halnya, ia tidak terlindungi dari risiko kesehatan yang tidak dapat diperkirakan, tak peduli apakah ia penghuni peradaban yang tinggi atau pedesaan di gunung yang terpencil dan belum maju. Sepertinya setiap saat manusia dapat mengalami penyakit yang tak tersembuhkan atau mematikan. Kapan pun, dapat terjadi suatu kecelakaan yang menyebabkan kerusakan tak tersembuhkan pada kekuatan fisik atau daya tarik seseorang yang tadinya membuat cemburu. Lebih jauh, hal ini terjadi pada seluruh manusia: apa pun status, kedudukan, ras, dan sebagainya, tidak ada pengecualian terhadap akhir tersebut. Baik kehidupan seorang pesohor dengan jutaan penggemar dan seorang penggembala biasa dapat berubah secara drastis pada suatu saat karena kecelakaan yang tidak terduga.
Tubuh manusia adalah organisme lemah yang terdiri dari tulang dan daging dengan berat rata-rata 70-80 kg. Hanya kulit yang lemah melindunginya. Tidak diragukan, kulit yang sensitif ini dapat dengan mudah terluka dan memar. Ia menjadi pecah-pecah dan kering ketika terlalu lama terkena sinar matahari atau angin. Untuk bertahan terhadap berbagai gejala alam, manusia harus berjaga-jaga terhadap dampak lingkungan.
Meskipun manusia dilengkapi dengan sistem tubuh yang luar biasa, "bahan-bahan"nya — daging, otot, tulang, jaringan saraf, sistem kardiovaskuler dan lemak — cenderung meluruh. Bila manusia terdiri dari bahan lain, bukan daging dan lemak, bahan yang tidak memberi jalan bagi penyusup dari luar seperti mikroba dan bakteri, tidak akan ada kesempatan untuk menjadi sakit. Bagaimanapun, daging adalah zat yang paling lemah: ia menjadi busuk bahkan berulat bila dibiarkan pada suhu ruang untuk beberapa waktu.
Untuk senantiasa mengingatkan kepada Allah, manusia acap kali merasakan kebutuhan pokok tubuhnya. Jika terkena cuaca dingin, misalnya, ia mengalami risiko kesehatan; sistem kekebalan tubuhnya perlahan-lahan "jatuh". Pada saat tersebut, tubuhnya mungkin tidak dapat menjaga temperatur tubuh konstannya (37ºC) yang penting untuk kesehatan yang baik.1 Laju jantungnya melambat, pembuluh-pembuluh darahnya berkontraksi, dan tekanan darah meningkat. Tubuhnya mulai menggigil sebagai cara untuk mendapatkan panas kembali. Penurunan suhu tubuh pada 35ºC diiringi tekanan denyut nadi dan kontraksi pembuluh darah di lengan, kaki, dan jari-jari menandakan kondisi yang mengancam jiwa.2 Seseorang dengan suhu tubuh 35ºC menderita disorientasi sangat parah dan terus-menerus tertidur. Fungsi-fungsi mental melambat. Sedikit saja penurunan suhu tubuh membawa konsekuensi demikian, tetapi lebih banyak terkena cuaca dingin, yang menyebabkan suhu tubuh di bawah 33ºC, akan mengakibatkan hilangnya kesadaran. Pada 24ºC, sistem pernafasan tidak berfungsi. Otak mengalami kerusakan pada 20ºC dan akhirnya jantung berhenti pada 19ºC dengan membawa akhir yang tidak dapat dihindari: kematian.
Ini hanyalah satu dari sekian contoh yang akan dikembangkan lebih jauh pada halaman-halaman berikut buku ini. Contoh-contoh ini dikemukakan untuk menekankan bahwa disebabkan oleh berbagai faktor yang tidak dapat ditawar-tawar yang membahayakan keberadaannya, manusia tidak pernah menemukan kepuasan mendalam selama hidupnya. Tujuannya adalah untuk mengingatkan pembaca bahwa manusia hendaknya menghindari kecintaan buta terhadap hidup dan berhenti menghabiskan seluruh hidupnya mengejar mimpi, dan sebaliknya, selalu mengingat Allah dan hidup yang sesungguhnya, hari akhirat.
Ada surga abadi yang dijanjikan kepada manusia. Sebagaimana akan dapat dilihat oleh pembaca pada halaman-halaman berikutnya, surga adalah tempat kesempurnaan. Dalam surga, manusia akan sungguh-sungguh terjaga dari seluruh kelemahan dan ketidaksempurnaan fisik yang mengelilinginya di bumi. Segala yang ia inginkan dapat diraih dengan mudah. Lebih lanjut, kelelahan, kehausan, keletihan, kelaparan, dan luka tidak akan ada di surga.
Membantu manusia untuk memikirkan sifat mereka sesungguhnya dan dengan konsekuen memiliki pengertian mendalam terhadap keagungan tak terbatas dari sang Pencipta adalah tujuan lain buku ini. Sebagai tambahan, pemahaman bahwa manusia membutuhkan bimbingan Allah tentunya sangat dibutuhkan setiap orang. Allah menyatakan hal ini dalam ayat-ayat berikut:
Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (QS. Faathir, 35: 15)
KEBUTUHAN JASADI
Manusia dihadapkan pada banyak risiko fisik. Menjaga tubuh dan lingkungan tetap bersih dan melakukan perawatan yang saksama adalah beban seumur hidup bagi manusia untuk meminimalkan risiko kesehatan. Lebih mengejutkan, jumlah waktu yang dihabiskan untuk tugas tersebut ternyata cukup banyak. Kita sering menemukan penelitian untuk mengetahui berapa banyak waktu yang dihabiskan untuk bercukur, mandi, merawat rambut, merawat kulit, kuku, dan sebagainya. Hasil berbagai penelitian demikian sangat mengherankan, dan mengungkap betapa banyak waktu berharga yang dihabiskan tugas-tugas harian tersebut.
Dalam kehidupan, kita menghadapi banyak manusia. Di rumah, di kantor, di jalan-jalan atau di mal perbelanjaan, kita melihat banyak manusia yang berpakaian rapi dengan penampilan terbaik mereka. Mereka adalah orang-orang yang wajahnya dicukur, rambut dan tubuh yang bersih, pakaian yang diseterika, sepatu yang sudah disemir. Bagaimanapun, pengurusan seperti itu membutuhkan waktu dan usaha.
Sejak bangun di pagi hari hingga pergi tidur, seseorang harus melibatkan diri dalam rutinitas tanpa akhir agar tetap bersih dan segar. Saat kita bangun, tempat pertama yang kita tuju adalah kamar mandi; sepanjang malam, perkembangbiakan bakteri menyebabkan rasa tidak enak dan hawa yang tidak menyenangkan dalam mulut, yang memaksa kita segera menyikat gigi. Bagaimanapun, agar siap untuk hari yang baru, hal penting dilakukan tidak sebatas menggosok gigi. Seseorang butuh membasuh wajah atau tangannya. Sepanjang hari, rambut menjadi berminyak dan tubuh menjadi kotor. Pada malam hari, di tengah-tengah mimpi, tubuh boleh jadi tidak dapat berhenti berkeringat. Sebagai satu-satunya cara untuk membersihkan bau tubuh yang tidak menyenangkan dan keringat, seseorang merasakan pentingnya mandi. Jika tidak, dia akan pergi bekerja dengan rambut berminyak dan tubuh berbau, suatu hal yang tidak menyenangkan.
Variasi bahan yang digunakan untuk membuat tubuh seseorang cukup bersih untuk bertemu dengan orang lain ternyata sangat banyak. Hal ini cukup membuktikan kebutuhan tubuh itu tidak terbatas. Di samping air dan sabun, kita membutuhkan banyak bahan lain untuk membersihkan tubuh: sampo, conditioner, pasta gigi, pemoles gigi, korek kuping, bedak tubuh, krim wajah, lotion; daftarnya akan bertambah. Di samping bahan-bahan ini, terdapat ratusan produk lain yang dikembangkan di laboratorium untuk meningkatkan perawatan tubuh.
Sebagaimana halnya perawatan tubuh, setiap orang juga harus menghabiskan sejumlah waktu untuk membersihkan pakaian, rumah, dan lingkungannya. Tidak diragukan, seseorang tidak dapat menjaga kebersihan diri kecuali dengan berada di sebuah lingkungan yang bersih.
Singkatnya, ada bagian tertentu dari hidup yang dihabiskan hanya untuk menyediakan kebutuhan tubuh. Lebih lanjut, kita membutuhkan banyak bahan kimia untuk tujuan ini. Allah menciptakan manusia dengan banyak kelemahan, namun juga menyediakan metode untuk menyembunyikan kelemahan ini untuk sementara sehingga tetap berada dalam kondisi yang baik tanpa membuat orang lain menyadari hal tersebut, Di samping itu, manusia diberkahi cukup kecerdasan untuk mencari jalan terbaik untuk menutupi "kelemahan"nya. Bila kita tidak menerapkan metode ini untuk menjaga tubuh tetap bersih dan segar, sebentar saja kita mungkin mulai tampak menjijikkan.
Lebih jauh, seseorang tidak dapat tetap bersih untuk waktu yang lama. Setelah beberapa jam, tidak satu pun yang tersisa dari kesegaran yang diberikan oleh mandi: kita hanya dapat menjaga tetap bersih untuk waktu yang relatif singkat. Kita butuh mandi setidaknya sekali sehari. Sebagaimana halnya, kita butuh menggosok gigi kita secara teratur: bakteri dengan cepat mengubah mulut menjadi keadaan yang sebelumnya. Seorang wanita yang menghabiskan berjam-jam di depan kaca memakai riasan, bangun di pagi hari berikutnya tanpa jejak riasan yang cantik tersebut di wajahnya. Lagi pula, bila ia tidak menghapusnya dengan benar, wajahnya akan tampak lebih mengerikan oleh sisa-sisa kosmetik. Seorang laki-laki yang dicukur bersih membutuhkan cukuran lainnya pagi berikutnya.
Adalah penting untuk memahami bahwa semua kebutuhan ini diciptakan untuk tujuan tertentu. Sebuah contoh akan membuat poin ini jelas: ketika suhu tubuh meningkat, kita berkeringat. Bau yang keluar bersama keringat sangat mengganggu. Ini adalah proses yang tidak dapat dihindari siapa pun yang hidup di dunia ini. Bagaimanapun, bukan ini permasalahannya! Misalnya, tumbuhan tidak pernah berkeringat. Sebuah bunga mawar tidak pernah berbau busuk meskipun faktanya ia tumbuh di tanah, diberi makan dengan pupuk, dan berada di sebuah lingkungan yang berdebu dan kotor. Dalam semua kondisi, ia mempunyai harum yang lembut. Bahkan ia tidak membutuhkan perawatan tubuh apa pun! Akan tetapi, tidak peduli kosmetik apa pun yang dipakaikan kepada kulit, hanya sedikit mahkluk hidup yang dapat mencapai keharuman permanen seperti itu.
Di samping seluruh kebutuhan tubuh mengenai kebersihan, nutrisi juga penting bagi kesehatan. Terdapat kesetimbangan yang cermat dari protein, karbohidrat, gula, vitamin, dan mineral lainnya yang penting bagi tubuh. Sekali kesetimbangan ini terganggu, kerusakan serius dapat timbul dalam berfungsinya sistem-sistem tubuh: sistem kekebalan kehilangan kemampuan perlindungannya, membuat tubuh lemah dan rentan terhadap penyakit. Karenanya, perhatian yang sama yang ditunjukkan untuk perawatan tubuh seharusnya juga diberikan untuk nutrisi.
Syarat yang malah lebih penting lagi untuk hidup adalah, tentu saja, air. Seorang manusia dapat bertahan hidup tanpa makanan untuk beberapa periode tertentu, namun beberapa hari tanpa air akan berakibat fatal. Seluruh fungsi kimia tubuh berlangsung dengan pertolongan air; air adalah penting bagi kehidupan.
agian yang dijelaskan sebelumnya adalah kelemahan yang dapat diamati seseorang pada tubuhnya sendiri. Namun tersisa sebuah pertanyaan: apakah kita semua menyadari bahwa ini adalah kelemahan? Alternatifnya, apakah kita berpikir bahwa ini adalah "alami" karena manusia di seluruh dunia memiliki kelemahan demikian? Bagaimanapun, kita harus ingat bahwa Allah dapat saja menciptakan manusia yang sempurna tanpa kelemahan ini. Setiap manusia dapat saja sebersih dan seharum mawar. Namun demikian, pelajaran yang dapat diambil dari keadaan itu pada akhirnya membawa pada kebijaksanaan, membawa kita pada kejernihan pemikiran dan kesadaran; manusia, melihat kelemahannya dalam kehadiran Allah, seharusnya mengerti mengapa ia diciptakan dan mencoba menjalani hidup yang mulia sebagai hamba Allah.
LIMA BELAS TAHUN TANPA "KESADARAN"
Setiap manusia harus menghabiskan sebagian waktu hariannya untuk tidur. Tidak peduli seberapa banyaknya pekerjaan yang ia miliki atau hindari, ia tetap akan jatuh tertidur dan berada di tempat tidur untuk sedikitnya seperempat hari. Karenanya, manusia sadar hanya delapan belas jam sehari; ia menghabiskan sisa waktunya minimal rata-rata 6 jam per hari dalam ketidaksadaran total. Jika dinilai dari sisi ini, kita menjumpai gambaran yang mengejutkan: ¼ dari rata-rata 60 tahun kehidupan dihabiskan dalam ketidaksadaran total.
Apakah kita memiliki alternatif selain tidur? Apa yang akan terjadi pada seseorang yang berkata, "Saya tidak ingin tidur?"
Pertama, matanya akan menjadi merah dan warna kulitnya memucat. Jika jangka waktu tidak tidurnya bertambah, ia akan kehilangan kesadaran.
Menutup mata dan ketidakmampuan untuk memfokuskan perhatian adalah fase awal tertidur. Ini adalah proses yang tidak dapat dielakkan, baik cantik atau jelek, kaya atau miskin, setiap orang mengalami proses yang sama.
Mirip dengan kematian, tepat sebelum tertidur seseorang mulai tidak sensitif terhadap dunia luar dan tidak memberikan respon terhadap rangsangan apa pun. Indra yang sebelumnya amat tajam mulai tidak dapat bekerja. Sementara itu, daya persepsi berubah. Tubuh mengurangi seluruh fungsinya menjadi minimum, membawa kepada disorientasi ruang dan waktu serta pergerakan tubuh yang lebih lambat. Keadaan ini, pada satu hal, merupakan bentuk lain kematian, yang didefinisikan sebagai keadaan di mana jiwa meninggalkan tubuh. Memang, saat tidur tubuh berbaring di ranjang sementara ruh mengalami hidup yang sangat berbeda di tempat yang sangat berbeda. Dalam mimpi, seseorang mungkin merasa berada di pantai pada suatu hari yang terik di musim panas, tanpa menyadari bahwa ia tengah terlelap di tempat tidur. Kematian pun memiliki tampilan luar yang serupa: ia memisahkan jiwa dari tubuh yang digunakannya di dunia dan membawanya ke dunia yang lain dalam tubuh yang baru. Untuk ini Allah berulangkali mengingatkan kita dalam Al Quran, satu-satunya wahyu sejati yang tersisa dan menuntun manusia ke jalan yang benar — akan kesamaan tidur dengan kematian.
Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur yang telah ditentukan, kemudian kepada Allahlah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan. (QS. Al An'aam, 6: 60)
Allah memegang jiwa ketika matinya dan jiwa yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir. (QS. Az-Zumar, 39: 42)
Karena kehilangan total seluruh fungsi indra, dengan kata lain, "dalam ketidaksadaran sebenarnya", seorang manusia menghabiskan hingga 1/3 hidupnya dalam tidur. Namun, ia sedikit sekali merenungkan fakta ini, tidak pernah menyadari bahwa ia meninggalkan segala yang dianggap penting di dunia ini. Ujian yang penting, banyaknya uang yang hilang dalam perdagangan saham atau permasalahan pribadi, singkatnya segala yang tampak penting sehari-hari menghilang begitu seseorang tertidur. Singkatnya, hal ini berarti kehilangan hubungan sepenuhnya dengan dunia.
Seluruh contoh yang telah ditampilkan sejauh ini memberikan pemikiran yang jelas tentang pendeknya hidup dan sejumlah besar waktu yang dihabiskan untuk tugas "wajib" yang rutin. Ketika waktu yang digunakan untuk tugas "wajib" tersebut dikurangi, seseorang akan menyadari betapa singkatnya waktu yang tersisa untuk apa yang disebut kesenangan hidup. Dalam perenungan ulang, seseorang akan terkejut dengan panjangnya waktu yang dihabiskan untuk makan, merawat tubuh, tidur, atau bekerja untuk mendapat standar hidup yang lebih baik.
Tidak diragukan lagi, perhitungan waktu yang dihabiskan untuk tugas rutin yang penting untuk hidup patut dipikirkan. Seperti dinyatakan sebelumnya, setidaknya 15-20 tahun dari 60 waktu hidup dihabiskan untuk tidur. Awal 5-10 tahun dari 40-45 tahun sisanya, dihabiskan dalam masa kanak-kanak, masa yang juga dilewati dalam keadaan yang hampir tidak sadar. Dengan kata lain, seorang berusia 60 tahun sudah menghabiskan sekitar separuh hidupnya tanpa kesadaran. Mengenai separuh hidup-nya yang lain, tersedia banyak statistik. Angka-angka ini misalnya, termasuk waktu yang digunakan untuk menyiapkan makanan, makan, mandi atau terjebak kemacetan. Daftar ini dapat diperpanjang lebih jauh. Kesimpulannya, yang tersisa dari sebuah hidup yang "panjang" hanyalah 3-5 tahun. Apa nilai penting hidup yang pendek tersebut dibandingkan dengan yang abadi?
Tepat pada poin inilah terdapat jurang besar menganga antara mereka yang beriman dengan yang tidak beriman. Orang-orang yang tidak beriman, yang percaya bahwa hidup hanya ada di dunia, berjuang memanfaatkannya sebaik-baiknya. Namun ini adalah usaha yang tidak berguna: dunia ini pendek dan hidupnya dikelilingi dengan "kelemahan". Lebih lanjut, karena orang-orang yang tidak beriman tidak memercayai Allah, ia hidup dalam kehidupan yang penuh kesukaran, penuh dengan permasalahan dan ketakutan.
Mereka yang memiliki iman, di sisi lain, melalui hidup mereka dengan mengingat Allah dan keberadaan-Nya pada setiap saat, sepanjang seluruh pekerjaan sepele dan memberatkan saat merawat tubuh, makan, minum, berdiri, duduk, berbaring, dan mencari penghidupan, dan lain-lain. Mereka menghabiskan hidup hanya untuk mencapai ridha Allah dan menjalani kehidupan yang damai, benar-benar terpisah dari seluruh kesedihan dan ketakutan duniawi. Kesimpulannya, mereka mencapai surga, sebuah tempat kebahagiaan abadi. Sama halnya, tujuan pokok hidup dinyatakan dalam ayat berikut:
Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: "Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?" Mereka menjawab: "kebaikan". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa. (QS. An-Nahl, 16: 30-31)
PENYAKIT DAN KECELAKAAN
Penyakit juga mengingatkan manusia bagaimana mudahnya ia menjadi lemah. Tubuh, yang sangat terlindung dari seluruh jenis ancaman luar, rusak berat oleh virus yang sepele, agen pembawa penyakit yang tak terlihat mata. Proses ini sepertinya tidak masuk akal, karena Allah telah melengkapi tubuh dengan sistem yang sangat lengkap, terutama sistem kekebalan yang dapat digambarkan sebagai "tentara yang unggul" terhadap musuh-musuhnya. Namun, walau ada kekuatan dan daya tahan tubuh, manusia sering jatuh sakit. Mereka sedikit memikirkan fakta bahwa setelah dilengkapi dengan sistem yang sempurna tersebut, Allah akan membiarkan material pembawa penyakit menyebabkan penderitaan. Virus, mikroba, atau bakteri dapat saja tidak pernah mempengaruhi tubuh, atau bahkan musuh-musuh kecil ini dapat saja tidak pernah ada. Namun, hingga kini setiap orang dapat menjadi sasaran dari penyakit serius yang dibawa oleh berbagai penyebab yang tidak penting. Misalnya, suatu virus yang memasuki tubuh melalui luka kecil di kulit dapat dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh, mengambil alih organ-organ vital. Meskipun teknologi telah berkembang pesat, virus influensa yang sederhana dapat menjadi faktor yang mengancam hidup bagi sebagian besar manusia. Sejarah telah berkali-kali menjadi saksi kasus influensa yang mengubah bahkan struktur demografi beberapa negara. Sebagai contoh, pada tahun 1918, 25 juta manusia meninggal karena influensa. Sama halnya, tahun 1995, sebuah epidemi merenggut 30 ribu nyawa, dengan kerugian terbesar di Jerman.
Penyakit, seperti yang diilustrasikan di sini, seringkali adalah cobaan dari Allah. Kejadian semacam ini adalah kesempatan yang langka bagi orang beriman untuk menunjukkan kesabaran dan ketaatannya kepada Allah. Namun, mereka yang membatasi pemahaman mereka semata kepada dunia ini saja sukar memahami rahasia yang mendasar ini.
Kini bahaya tersebut tetap bertahan: sebuah virus dapat menyerang kapan pun dan dengan mudah mengancam nyawa siapa pun, atau sebuah penyakit yang langka dapat muncul kembali setelah terkubur selama hampir dua puluh tahun. Dengan menerima semua peristiwa ini sebagai kejadian yang alami dan tidak merefleksikannya pada mereka sendiri, akan terjadi kesalahan serius. Allah memberi manusia penyakit untuk tujuan tertentu. Dengan cara ini, mereka yang sombong dapat menemukan kesempatan untuk mengetahui betapa terbatasnya jangkauan kekuasaan mereka. Di samping itu, ini adalah jalan yang baik untuk memahami asal sesungguhnya kehidupan ini.
Selain penyakit, kecelakaan merupakan ancaman yang serius terhadap manusia. Setiap hari koran menghadirkan berita utama tentang kecelakaan jalan raya. Kecelakaan juga merupakan hal yang banyak diberitakan di radio dan televisi. Namun, meskipun terbiasa dengan kecelakaan tersebut, kita tidak pernah berpikir bahwa kita mungkin menghadapi kecelakaan kapan pun. Terdapat ribuan faktor di sekitar kita yang dapat dengan tiba-tiba menghentikan hidup kita. Seseorang dapat saja kehilangan keseimbangan dan jatuh di tengah-tengah jalan, misalnya. Gegar otak atau patah kaki dapat terjadi karena kecelakaan biasa seperti itu, atau saat makan malam, seseorang dapat tercekik hingga mati karena tulang ikan. Penyebabnya dapat terdengar sederhana, namun setiap hari ribuan manusia di dunia menghadapi kejadian yang sukar dibayangkan seperti ini.
Fakta ini seharusnya membuat kita memahami kesia-siaan penghambaan kepada dunia ini dan menyimpulkan bahwa segala yang telah diberikan pada kita bukanlah apa-apa kecuali kesenangan sementara untuk menguji kita di dunia. Sangatlah tidak dapat diduga bagaimana seorang manusia, yang masih tidak mampu memerangi virus yang tidak terlihat, berani bersikap sombong terhadap Penciptanya Yang Mahakuasa.
Tidak diragukan lagi, Allah-lah yang menciptakan manusia dan Ia-lah satu-satunya yang melindungi kita terhadap segala bahaya. Dalam hal ini, kecelakaan dan penyakit menunjukkan kepada kita siapa diri kita. Tidak peduli bagaimana kuat seseorang menganggap dirinya, kecuali dengan kehendak Allah, ia tidak akan dapat mencegah bencana apa pun. Allah menciptakan seluruh penyakit dan situasi lain untuk mengingatkan manusia terhadap kelemahannya.
Dunia ini adalah tempat untuk menguji manusia. Setiap orang dianggap bertanggung jawab untuk mencoba mencapai kesenangan yang baik dari-Nya. Di akhir ujian ini, mereka yang memiliki pemahaman menyeluruh yang jelas tentang Allah tanpa menyekutukan-Nya dan mematuhi larangan dan perintah-Nya akan menghuni surga dengan segala keabadiannya. Mereka yang tidak mengubah kesombongan dan lebih menyukai dunia ini dan keinginannya akan kehilangan kehidupan yang abadi dari kebahagiaan dan kemudahan, dan menukarnya dengan penderitaan abadi yang tidak akan lepas dari kesukaran, kelemahan, dan kesedihan baik di dunia maupun di akhirat.
KONSEKUENSI DARI PENYAKIT DAN MUSIBAH
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, penyakit dan musibah adalah kejadian yang digunakan Allah untuk menguji manusia. Menghadapi kejadian seperti demikian, seorang manusia yang beriman dengan cepat kembali kepada Allah, berdoa dan memohon perlindungan kepada-Nya. Ia menyadari bahwa tidak ada suatu pun dan seorang pun yang dapat menolongnya dari kesedihan. Ia juga menyadari bahwa kesabaran, pengabdian, dan kepercayaannya kepada Allah sedang diuji. Dalam Al Quran, nabi Ibrahim dipuji karena sikap teladannya. Doanya yang tulus seharusnya diulang oleh seluruh orang beriman. Hal tersebut diceritakan dalam Al Quran sebagai berikut:
"Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku, dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku." (Asy-Syua'araa, 26: 79-81)
Nabi Ayyub, di sisi lain, memberi contoh yang baik bagi seluruh orang yang beriman ketika ia mencari kesabaran hanya dari Allah saat didera penyakit yang parah.
Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhan-nya: "Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan." (QS. Shaad, 38: 41)
Kesukaran demikian memperkuat kesetiaan orang-orang yang beriman kepada Pencipta mereka dan menegakkan mereka dalam kedewasaan. Karena itulah setiap penderitaan adalah "keberuntungan". Orang-orang yang tidak beriman, sebaliknya, menanggapi semua jenis musibah dan penyakit sebagai "kerugian". Karena tidak menyadari bahwa segalanya diciptakan untuk tujuan yang khusus dan bahwa kesabaran yang ditunjukkan selama kesulitan akan dihargai di akhirat, orang-orang yang tidak beriman jatuh ke dalam kesedihan yang dalam. Memang, karena dalam sebuah sistem yang berlandaskan pada pengingkaran atas keberadaan Allah, manusia mengadopsi pendirian materialistis, penyakit dan musibah membawa kesedihan lain kepada mereka yang tidak memiliki keyakinan. Nilai moral dan sudut pandang masyarakat materialis menggariskan bahwa setelah musibah atau penyakit, umumnya mereka tiba-tiba kehilangan "teman" dekat, sekalipun mereka belum mati. Sikap semacam itu diambil hanya karena mereka menganggap berteman atau merawat orang yang sakit sebagai gangguan. Betapa pun banyaknya cinta dan kasih sayang yang telah diberikan seseorang di "masa-masa lalu yang indah", sekali ia jatuh sakit terbaring di tempat tidur, misalnya, atau cacat, lenyaplah seluruh kasih sayang untuknya. Alasan lain yang membuat manusia berubah adalah kehilangan penampilan atau keahlian tertentu. Hal itu juga yang terjadi pada masyarakat materialis, karena di sana manusia menilai yang lainnya berdasarkan ciri-ciri fisik mereka. Konsekuensinya, ketika muncul kekurangan fisik, nilai yang dimiliki orang tersebut juga menghilang.
Sebagai contoh, pasangan atau kerabat dekat dari seorang penyandang cacat fisik, segera mulai mengeluhkan kesulitan merawat seorang cacat. Mereka sering berkeluh-kesah tentang sialnya mereka. Kebanyakan menyatakan bahwa mereka masih sangat muda dan tidak seharusnya dihadapkan pada bencana seperti itu. Ini hanya pembenaran diri bahwa ia tidak memberikan perawatan dan perhatian yang patut kepada keluarganya yang cacat. Yang lainnya, di sisi lain, membantu pasien atau orang cacat hanya karena mereka takut akan pendapat orang lain jika meninggalkan mereka. Gosip, yang mudah menyebar, mencegah mereka bersikap demikian. Dalam saat-saat kesulitan seperti itu janji kesetiaan yang diberikan selama hari-hari yang bahagia tiba-tiba digantikan oleh perasaan egois dan memikirkan diri sendiri.
Kejadian semacam itu seharusnya tidak mengejutkan kita dalam sebuah lingkungan di mana beberapa bentuk sikap, seperti kesetiaan, ditunjukkan hanya jika membawa keuntungan. Tidak diragukan lagi, dalam sebuah masyarakat di mana kriteria materialis berkembang, dan yang lebih penting, di mana manusia tidak takut akan Allah, mustahil untuk mengharapkan kesetiaan seseorang tanpa imbalan. Bagaimanapun, kita tidak dapat mengharapkan ketulusan dan kejujuran seseorang kepada orang lain kecuali ia percaya ia akan menerima hukuman untuk kegagalannya dan penghargaan untuk keberhasilannya. Dalam masyarakat materialis, sikap seperti itu dipercaya sebagai "kebodohan", karena tidak masuk akal menunjukkan kesetiaan kepada seseorang yang ketika kelak mati, mungkin dalam beberapa puluh tahun, sirna untuk selama-lamanya. Jika mempertimbangkan situasi suatu sistem yang kedua pihak di dalamnya yakin bahwa mereka akan hidup untuk waktu yang singkat kemudian mati, mentalitas semacam itu sepertinya masuk akal. Lalu, mengapa mereka tidak akan lebih menyukai jalan yang nyaman dan mudah untuk menjalani kehidupan?
Namun, fakta-faktanya sangat berlawanan. Mereka yang beriman kepada Allah, yang di hadapan-Nya menyadari kelemahan diri dan takut pada-Nya, menilai orang lain dengan cara yang diinginkan Allah. Nilai seseorang yang paling berharga di hadapan Allah adalah ketakwaan, rasa hormat, dan seterusnya, akhlak yang muncul dari nilai-nilai ini. Jika seseorang yang bertakwa kepada Allah menampakkan kesempurnaan moral dalam dunia ini, ia akan mencapai kesempurnaan jasmani dan rohani selama-lamanya. Dengan memahami fakta ini, kekurangan fisik di dunia ini tidak lagi berarti. Ini adalah janji dari Allah kepada orang-orang yang beriman. Ini pula alasan dasar mengapa orang-orang beriman menampakkan penghormatan dan kasih sayang satu sama lain serta tenggang rasa terhadap kekurangan fisik sesamanya, juga menunjukkan pengabdian seumur hidup di antaranya.
Jurang persepsi yang lebar antara orang-orang yang beriman dan yang tidak, serta pola pemikiran mereka yang berbeda sangat penting. Sementara dendam dan kemarahan dihilangkan dari hati orang-orang beriman dan digantikan oleh rasa damai dan tentram, pikiran orang-orang kafir justru didera rasa kecewa, tidak puas dan tidak bahagia. Hal ini seolah-olah suatu hukuman dari masyarakat materialis yang mengelilingi orang-orang yang tidak beriman, namun, sebenarnya adalah kesialan dari Allah untuk mereka yang tidak beriman. Mereka yang beranggapan bahwa kedurhakaan mereka tidak akan diadili akan terpukul pada hari penghisaban, saat dosa-dosa mereka, kekejaman, keingkaran, dan pengkhianatan diadili:
Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan. (QS. Ali ‘Imran, 3: 178)

TAHUN-TAHUN TERAKHIR KEHIDUPAN
Dampak kemunduran dari lewatnya tahun-tahun kehidupan dapat teramati pada tubuh seseorang. Bersamaan berlalunya tahun demi tahun, tubuh, harta manusia yang paling berharga, melalui proses kemunduran yang tak dapat diubah lagi. Perubahan yang dialami seorang manusia sepanjang hidupnya disebutkan di dalam Al Quran sebagai berikut:
Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan sesudah kuat itu lemah dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Mahakuasa. (QS. Ar-Ruum, 30: 54)
Tahun-tahun terakhir kehidupan adalah waktu yang paling diabaikan dalam rencana masa depan seorang dewasa, kecuali di dalam proses menabung untuk pensiun hari tua yang mencemaskan. Sudah barang tentu, pada saat teramat dekat dengan kematian, orang biasanya bersikap ragu-ragu terhadap periode ini. Ketika seseorang mengajak berbincang tentang usia tua, yang lain akan merasa risau dan berusaha mengubah topik "yang tidak menyenangkan" ini secepat mungkin. Rutinitas sehari-hari juga merupakan jalan yang ampuh untuk melarikan dari memikirkan tahun-tahun kehidupan yang kemungkinan besar akan menyengsarakan ini. Jadi, hal ini dihindari hingga saatnya tak terelakkan lagi. Tak diragukan lagi, penyebab utama dari pengelakan seperti itu adalah anggapan bahwa seseorang memiliki waktu yang tak terbatas sampai kematian mendatanginya. Kesalahpahaman umum seperti ini dijelaskan di dalam Al Quran:
"Sebenarnya Kami telah memberi mereka dan bapak-bapak mereka kenikmatan hingga panjanglah umur mereka." (QS. Al Anbiyaa', 21: 44)
Gagasan keliru ini seringkali membawa kepada kesedihan besar. Ini karena tak peduli berapa pun tuanya seseorang, milik nyata yang tersisa dari masa lalunya hanyalah kenangan yang teringat samar-samar. Seseorang hampir tidak ingat akan masa kanak-kanaknya. Malahan lebih sukar lagi untuk mengingat dengan tepat apa yang terjadi selama sepuluh tahun terakhir. Ambisi terbesar seorang muda, keputusan-keputusan besar, dan tujuan-tujuan yang paling ia kejar, semuanya kehilangan makna begitu dialami dan rampung. Karena itulah, menceritakan sebuah kisah hidup yang "panjang" adalah suatu upaya yang sia-sia.
Baik itu bagi seorang remaja ataupun dewasa, hal ini seharusnya mendorong manusia untuk membuat sebuah keputusan besar tentang hidupnya. Misalnya, jika Anda berumur empat puluh tahun dan berharap untuk hidup hingga pertengahan umur enam puluhan dan Anda tidak punya jaminan apa-apa sisa dua puluh lima tahun tersebut pasti akan segera berlalu secepat empat puluh tahun sebelumnya. Hal yang sama tetap terjadi walaupun hidup Anda dipanjangkan sekali, karena sisa tiga puluh atau empat puluh juga akan berlalu sebelum Anda sempat memerhatikan. Hal ini tentu saja merupakan peringatan abadi akan sifat sejati dari dunia ini. Suatu hari setiap jiwa yang hidup di muka bumi ini akan meninggalkan dunia ini dan tidak ada kata kembali.
Oleh karena itu, manusia hendaknya mengesampingkan prasangkanya dan lebih realistik tentang hidupnya. Waktu berlalu sangat cepatnya dan setiap hari menyebabkan makin lemahnya fisik berkurangnya ingatan, bukannya dinamisme yang lebih segar dan sosok yang lebih muda. Singkatnya, menjadi tua adalah perwujudan dari ketidakmampuan manusia mengendalikan tubuh, hidup dan nasibnya sendiri. Efek waktu yang merugikan terhadap tubuh terlihat selama periode ini. Allah menjelaskan kepada kita tentang hal ini dalam ayat berikut:
Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahakuasa. (QS. An-Nahl, 16: 70)
Dalam kedokteran, usia lanjut juga disebut "masa kanak-kanak kedua". Oleh sebab itu, selama tahap kehidupan akhir ini, orang-orang tua seperti anak-anak, membutuhkan perawatan, karena fungsi-fungsi tubuh dan mental mereka telah mengalami perubahan-perubahan tertentu.
Begitu seseorang menjadi tua, berbagai karakteristik fisik dan kejiwaan menjadi semakin jelas. Orang-orang tua gagal melakukan banyak tugas yang berhubungan dengan kekuatan fisik. Perubahan penilaian, pemikiran yang berkurang, kesulitan berjalan, menjaga keseimbangan dan pembicaraan, berbagai kesukaran, memori yang berkurang dan kehilangan memori secara perlahan-lahan, dan perubahan suasana hati dan tingkah laku hanyalah beberapa gejala penyakit yang umum diderita pada usia tua.
Pendeknya, setelah periode tertentu, manusia sering mengalami kemunduran ke keadaan ketergantungan kanak-kanak baik secara fisik maupun mental.
Kehidupan berawal dan berakhir dalam keadaan kanak-kanak. Hal ini jelas bukan suatu proses acak. Mungkin saja seseorang tetap muda sampai ia mati. Namun Allah mengingatkan manusia tentang sifat fana dunia ini dengan membuat kualitas hidupnya memburuk pada tahapan tertentu dalam kehidupan. Proses ini bekerja sebagai pengingat yang jelas bahwa hidup terus mendekati akhirnya. Allah menjelaskan ini di dalam ayat berikut:
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan, maka sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (QS. Al Hajj, 22: 5)
BERBAGAI MASALAH FISIK YANG BERKAITAN DENGAN UMUR
Tak peduli betapa pun banyaknya uang yang Anda miliki atau betapa pun sehatnya Anda, setiap orang pada akhirnya menghadapi ketidak-mampuan dan berbagai komplikasi lain yang berkaitan dengan umur, sebagiannya dijelaskan di bawah ini:
Kulit merupakan faktor penting yang menentukan penampilan seseorang. Kulit adalah bagian mendasar dari kecantikan. Jika beberapa milimeter persegi saja jaringan dibuang, tak bisa tidak akan tampak gambaran yang mengganggu bagi pecinta keindahan. Ini karena kulit —selain melindungi tubuh dari ancaman luar — juga memberi tubuh penampilan yang halus dan estetis. Tak diragukan, ini adalah fungsi penting kulit. Bagaimanapun, jika seseorang menganggap dirinya cantik, adalah karena tubuhnya dilapisi kulit, potongan daging yang total beratnya sekitar dua seperempat kilogram. Namun yang mengherankan, hanya inilah organ tubuh yang menampakkan kerusakan ketika seseorang menua.
Jeanne Clement (Gambar atas) , wanita Prancis tertua. Terdapat rentang waktu seabad antara kedua foto ini.
Naty Revuelta (Gambar tengah), di masa muda dan usia tua. 

Setiap orang mengalami perubahan yang tampak pada gambar-gambar ini. Proses penuaan merupakan bukti yang paling nyata bahwa kita tinggal di dunia yang sementara. Manusia datang ke dunia ini, tumbuh dewasa dan tua, lalu mati. Namun, hanya tubuh yang mengalami proses tak terelakkan ini. Sedangkan ruh, hidup selamanya.
Begitu seseorang menua, kulit kehilangan struktur elastisnya karena protein-protein struktural yang membentuk "kerangka" dari lapisan dasar kulit menjadi sensitif dan lemah. Karena inilah di wajah muncul keriput dan garis, mimpi buruk bagi banyak orang. Fungsi kelenjar-kelenjar minyak di lapisan atas kulit melambat, mengakibatkan kekeringan yang akut. Perlahan-lahan, tubuh terkena pengaruh-pengaruh luar karena permeabilitas kulit meningkat. Akibat proses ini, orang-orang lanjut usia menderita ketidakteraturan tidur yang berat, luka-luka luaran, dan rasa gatal yang disebut "rasa gatal usia tua". Begitu pula, kerusakan terjadi pada lapisan-lapisan dasar kulit. Penggantian jaringan kulit dan mekanisme pertukaran zat gagal berfungsi, menyediakan landasan untuk tumbuhnya tumor.
Kekuatan tulang juga sangat penting bagi tubuh manusia. Berbagai upaya untuk memperoleh postur tubuh yang tegak jarang berhasil bagi orang tua, namun jauh lebih mudah bagi orang muda. Saat seseorang berjalan dengan postur membungkuk, hilanglah keangkuhannya, menunjukkan bahwa ia tidak lagi berdaya mengontrol tubuhnya sendiri. Karenanya, ini juga merupakan hilangnya "keanggunan" seseorang.

Yang dipegang wanita tua ini adalah potret
dirinya di waktu muda
Gejala-gejala penuaan tak terbatas pada ini saja. Orang-orang lanjut usia lebih gampang mengalami kehilangan rasa karena sel-sel saraf berhenti memperbarui diri setelah usia tertentu. Orang-orang lanjut usia menderita disorientasi ruang karena melemahnya respon mata yang terhadap intensitas cahaya. Hal ini sangat penting karena membuat terbatasnya penglihatan: kecemerlangan warna, posisi dan dimensi objek-objek menjadi kabur. Tak diragukan, ini adalah situasi sulit yang harus dihadapi para lanjut usia.
Manusia mungkin saja tidak akan pernah mengalami kerusakan fisik akibat penuaan: dia mungkin saja tumbuh makin kuat dan sehat seiring dengan bertambahnya usia. Walau kita tidak lazim dengan model demikian, hidup yang lebih lama mungkin menawarkan berbagai kesempatan yang tak terduga bagi kehidupan yang penuh secara personal dan sosial. Waktu mungkin telah memperbaiki kualitas hidup, membuatnya jauh lebih menyenangkan daripada sebelumnya. Namun, sistem yang ditakdirkan sebagai yang terbaik bagi manusia adalah yang berdasarkan pada menurunnya kualitas hidup begitu seseorang semakin tua.
Inilah satu lagi bukti dari sifat fana dunia ini. Allah berulang kali mengingatkan kita tentang fakta ini di dalam Al Quran dan menyuruh orang-orang yang beriman memikirkannya:
Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai perhiasannya, dan pemilik-pemilik-nya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan kepada orang-orang berfikir. (QS. Yunus, 10: 24)
Setelah suatu periode hidup di mana manusia menganggap dirinya kuat secara fisik dan mental dan memandang seluruh dunia dari sudut pandangnya sendiri, dia tiba-tiba melalui suatu masa di mana dia kehilangan banyak hal yang sebelumnya ia nikmati. Proses ini tak terelakkan dan tak dapat diubah. Ini tak lain karena Allah menciptakan dunia ini sebagai tempat sementara untuk hidup dan membuatnya tidak sempurna sebagai pengingat akan Hari Akhir.
PELAJARAN YANG DITARIK DARI USIA LANJUT PARA PESOHOR
Menjadi tua tak dapat dielakkan. Tidak seorang pun, tanpa kecuali, dapat menghindarinya. Namun, mengamati bagaimana para pesohor menjadi tua mempunyai pengaruh yang lebih dalam bagi kita karena kemunduran fisik mereka dapat diamati secara terbuka. Menyaksikan penuaan dari orang-orang yang terkenal karena kemasyhuran, kekayaan, dan kecantikannya tentulah merupakan pengingat akan betapa pendek dan tidak berartinya hidup ini.
Setiap hari kita dapat mengamati fakta ini dari ratusan contoh di sekitar kita. Seorang yang cerdas, sehat, dan terkenal, yang pernah menjadi simbol kecantikan atau kesuksesan, suatu hari akan muncul di koran, majalah, dan televisi dengan ketidakmampuan fisik atau mental. Inilah akhir yang akan ditemui hampir semua orang. Namun para pesohor punya tempat khusus di pikiran kita; bagaimana mereka menjadi tua dan kehilangan pesona lebih dalam menyentuh emosi. Pada halaman-halaman berikut, Anda akan melihat foto-foto dari sebagian para pesohor. Masing-masingnya merupakan bukti nyata bahwa bagaimanapun cantik, sukses, atau mudanya Anda, akhir yang tak terelakkan bagi manusia adalah usia tua.

BRIGITTE BARDOT
ELISABETH TAYLOR
ANGELA LANSBURY
MARLON BRANDO
ALAIN DELON
CHARLIE CHAPLINE

KEMATIAN MANUSIA
Hidup makin menjauh detik demi detik. Sadarkah Anda bahwa setiap hari membawa anda semakin dekat kepada kematian, atau bahwa kematian itu sama dekatnya kepada anda sebagaimana pada orang lain?
Sebagaimana disebutkan di dalam ayat, "Setiap jiwa akan merasakan mati; kepada Kamilah engkau akan dikembalikan", (QS Al Ankabuut, 27: 57) setiap orang yang pernah muncul di dunia ini ditakdirkan untuk mati. Tanpa kecuali mereka semua, setiap orang, mati. Hari ini, kita hampir tak pernah mendapati jejak dari banyak orang yang telah meninggal dunia. Mereka yang hidup saat ini dan mereka yang akan hidup kelak juga akan menghadapi kematian pada hari yang telah ditentukan. Walaupun begitu, manusia cenderung menganggap kematian sebagai peristiwa yang tidak mungkin terjadi.
Bayangkanlah seorang bayi yang baru saja membuka matanya terhadap dunia dan seseorang yang akan mengembuskan nafas terakhir. Keduanya tidak dapat mengubah apa pun dari kelahiran dan kematian mereka sendiri. Hanya Allah yang memiliki kekuasaan untuk meniupkan nafas kehidupan atau mengambilnya.
Semua manusia akan hidup sampai hari tertentu dan kemudian mati; di dalam Al Quran, Allah menceritakan tentang sikap yang umum ditunjukkan terhadap kematian dengan ayat-ayat berikut:
Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. Al Jumu’ah, 62: 8)
Kebanyakan manusia menghindari berpikir tentang kematian. Dalam pesatnya arus peristiwa sehari-hari, seseorang biasanya menyibukkan diri dengan hal-hal yang sama sekali berbeda: di mana hendak kuliah, di perusahaan mana akan bekerja, apa warna pakaian yang akan dikenakan besok pagi, apa yang akan dimasak untuk makan malam; inilah macam isu utama yang biasa kita pikirkan. Hidup dipandang sebagai proses rutin dari masalah-masalah kecil sedemikian. Usaha untuk berbicara tentang kematian selalu diinterupsi oleh mereka yang merasa tidak nyaman mendengar tentangnya. Karena menganggap kematian hanya akan datang setelah tua, orang tidak ingin merisaukan hal yang tidak menyenangkan seperti itu. Namun, harus tetap diingat bahwa tidak ada jaminan bahwa seseorang akan hidup sekadar satu jam lagi. Setiap hari, manusia menyaksikan kematian orang-orang di sekitarnya, tetapi hanya sedikit berpikir tentang hari ketika kematiannya disaksikan orang-orang lain. Dia tidak pernah mengira akhir seperti itu sedang menunggunya!
Bagaimanapun juga, ketika kematian mendatangi manusia, semua "kenyataan" hidup tiba-tiba lenyap. Tidak ada sisa dari "masa lalu yang menyenangkan" yang bertahan di dunia ini. Pikirkanlah segala sesuatu yang dapat Anda lakukan sekarang juga: Anda dapat mengedipkan mata, menggerakkan tubuh, berbicara, tertawa; semua ini adalah fungsi tubuh Anda. Sekarang pikirkanlah tentang keadaan dan bentuk tubuh Anda setelah kematian.
Sejak detik Anda mengembuskan nafas terakhir, Anda akan menjadi tak lebih dari "seonggok daging". Tubuh Anda yang diam dan tak bergerak, akan dibawa ke rumah mayat. Di sana , tubuh Anda akan dimandikan untuk terakhir kalinya. Dengan keadaan terbungkus kain kafan, jenazah Anda akan dibawa di dalam peti mati ke pemakaman. Begitu jenazah Anda berada di dalam kubur, tanah akan menutupi Anda. Inilah akhir dari kisah tentang Anda. Mulai sekarang, Anda hanyalah salah satu nama yang tertulis di nisan pekuburan.
Sebelum terjadi perusakan pada jasad
Mata menjadi ungu setelah kematian
Jasad yang hangus terbakar
Jenazah yang dimakan cacing di dalam kubur

Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu,
kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh!
(QS. An-Nisaa’, 4: 78)
Selama beberapa bulan dan tahun pertama, kuburan Anda akan sering dikunjungi. Seiring berjalannya waktu, makin sedikit orang yang datang. Sepuluh tahun kemudian, tak ada lagi yang datang.
Sementara itu, anggota keluarga dekat Anda akan melalui segi lain dari kematian Anda. Di rumah, kamar dan tempat tidur Anda akan kosong. Setelah pemakaman, hanya sedikit barang-barang kepunyaan Anda yang akan disimpan di rumah: kebanyakan pakaian, sepatu, dan lain-lain milik Anda akan diberikan kepada mereka yang memerlukannya. Berkas-berkas Anda di kantor administrasi umum akan dihapus atau diarsipkan. Selama tahun-tahun pertama, sebagian orang akan berkabung untuk Anda. Namun, waktu akan mengikis kenangan yang Anda tinggalkan. Empat atau lima puluh tahun kemudian, hanya tinggal sedikit orang yang ingat akan Anda. Tak lama, generasi baru akan datang dan tidak seorang pun dari generasi Anda yang tersisa di muka bumi. Apakah Anda diingat atau tidak, tidak akan berharga bagi Anda.
Sementara semua ini berlangsung di muka bumi, jenazah di bawah tanah akan melalui proses pembusukan yang cepat. Segera setelah Anda berada di dalam kubur, bakteri dan serangga yang berkembang biak di dalam jenazah karena tiadanya oksigen akan mulai berfungsi. Gas-gas yang dikeluarkan dari organisme-organisme ini akan menggembungkan tubuh, mulai dari bagian perut, mengubah bentuk dan penampilannya. Busa bercampur darah akan meletup keluar dari mulut dan hidung karena tekanan gas-gas pada diafragma. Begitu proses perusakan ini terjadi, rambut tubuh, kuku, telapak tangan dan kaki akan rontok. Mengikuti perubahan luar ini, di dalam tubuh, organ-organ dalam seperti paru-paru, jantung, dan hati juga akan membusuk. Sementara itu, adegan yang paling mengerikan berlangsung di dalam perut, di mana kulit tidak dapat lagi menahan tekanan gas-gas dan tiba-tiba meletus, menyebarkan bau busuk yang tak tertahankan. Mulai dari tengkorak, otot-otot akan berlepasan dari tempat-tempat asalnya. Kulit dan jaringan-jaringan lunak akan hancur sama sekali. Otak akan membusuk dan mulai tampak seperti tanah liat. Proses ini akan terus berlanjut sampai seluruh tubuh tinggal kerangka.
Tidak ada kesempatan untuk kembali lagi ke kehidupan lama. Berkumpul bersama keluarga di meja makan, bermasyarakat, atau memiliki pekerjaan yang terhormat tidak akan pernah mungkin lagi terjadi.
Pendeknya, "tumpukan daging dan tulang" yang kita beri identitas tersebut akan menghadapi akhir yang menjijikkan. Di sisi lain, Anda — atau tepatnya, jiwa Anda —akan meninggalkan tubuh ini segera setelah Anda mengembuskan nafas terakhir. Sisa dari diri Anda —jasad — akan menjadi bagian dari tanah.
Ya, tetapi apa alasan terjadinya segala hal ini?
Jika Allah berkehendak, tubuh Anda tidak akan pernah membusuk seperti itu. Dalam peristiwa itu sebenarnya terkandung sebuah pesan yang sangat penting.
Akhir yang dahsyat yang menunggu manusia seharusnya membuatnya mengakui bahwa dia bukanlah sesosok tubuh, tetapi sebentuk jiwa yang "berdiam" di dalam tubuh. Dengan kata lain, manusia harus mengakui bahwa dia memiliki keberadaan di luar tubuhnya. Lebih jauh lagi, manusia harus memahami kematian jasadnya yang ia coba miliki seolah ia akan abadi di dunia fana ini. Namun jasad ini, yang ia anggap teramat penting, akan membusuk dan dimakan cacing suatu hari dan akhirnya tinggal kerangka. Hari itu mungkin saja sangat dekat.
Walau ada fakta-fakta ini, proses mental manusia cenderung untuk mengesampingkan apa yang tidak ia sukai atau ingini. Bahkan ia cenderung untuk menolak keberadaan hal-hal yang tak ingin hadapi. Kecenderungan ini paling jelas tatkala menyangkut kematian. Hanya penguburan atau kematian mendadak dari keluarga dekatlah yang membawa kenyataan ini ke pikiran. Hampir setiap orang menganggap maut jauh dari dirinya. Dianggapnya mereka yang meninggal dalam tidurnya atau karena kecelakaan adalah orang lain dan apa yang mereka hadapi tidak akan pernah menimpa dirinya! Setiap orang mengira dirinya terlalu muda untuk mati dan masih hidup bertahun-tahun lagi.
Namun mungkin sekali, orang-orang yang meninggal dalam perjalanan ke sekolah atau tergesa-gesa menghadiri rapat bisnis berpikir begitu. Mereka barangkali tidak pernah berpikir bahwa koran hari berikutnya akan memberitakan kematian mereka. Sangatlah mungkin bahwa, saat Anda membaca baris-baris ini, Anda masih tidak menyangka akan meninggal segera setelah Anda menyelesaikannya atau sekadar memikirkan kemungkinan bahwa hal itu terjadi. Barangkali Anda merasa bahwa masih terlalu muda untuk meninggal karena masih banyak hal yang harus diwujudkan. Namun, ini hanyalah suatu pengelakan dari kematian dan merupakan upaya gagal untuk melarikan diri darinya:
Katakanlah: "Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja." (QS. Al Ahzab, 33: 16)
Manusia yang diciptakan dalam kesendirian hendaknya menyadari bahwa dia juga kan mati dalam kesendirian. Namun, sepanjang hidupnya, ia hidup bagai kecanduan harta benda. Tujuan hidupnya semata-mata untuk memiliki lebih banyak lagi. Namun, tidak seorang pun dapat membawa harta bendanya ke dalam kubur. Tubuh dikuburkan terbungkus dalam kafan yang terbuat dari kain termurah. Jasad muncul ke dunia ini sendirian dan meninggalkannya dengan cara yang sama. Satu-satunya harta yang dapat dibawa seseorang bersamanya saat kematian adalah keimanan atau kekafirannya