Kamis, 31 Desember 2009

KEHIDUPAN NABI IBRAHIM

Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi menyerahkan diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia dari golongan orang yang musyrik.Sesungguhnya orang yang paling dekat kepaa Ibrahim adalah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad) serta orang-orang yan beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah pelindung semua orangh-orang yang beriman.
(QS Ali Imran 67-68).
Nabi Ibrahim (Abraham) sering disebutkan di dalam Al Qur'an dan mendapatkan tempat yang istimewa di sisi Allah sebagai contoh bagi manusia. Dia menyampaikan kebenaran dari Allah kepada umatnya yang menyembah berhala, dan dia mengingatkan mereka agar takut kepada Allah. Umat nabi Ibrahim tidak mematuhi perintah itu, bahkan sebaliknya mereka menentangnya. Ketika penindasan yang semakin meningkat dari kaumnya, nabi Ibrahim pindah ke mana saja bersama istrinya, bersama dengan nabi Lut dan mungkin dengan bebeapa orang lain yang menyertai mereka.
Nabi Ibrahim adalah keturunan dari nabi Nuh. Al qur'an juga mengemukakan bahwa dia juga mengikuti jalan hidup (diin) yang diikuti Nabi Nuh.
"Kesejahteraan dilimpahkan atas Nuh di seluruh alam". Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya dia termasuk di antara hamba-hamba Kami yang beriman. Kemudian Kami tengelamkan orang-orang yang lain. Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh).(QS Ash- Shafaat: 79-83).
Pada masa Nabi Ibrahim, banyak orang yang menghuni dataran Mesopotamia dan di bagian Tengah dan Timur dari Anatolia tinggal orang-orang yang menyembah surga-surga dan bintang-bintang. Tuhan yang mereka anggap paling penting adalah "Sin" yaitu Dewa Rembulan. Tuhan mereka ini dipersonifikasikan sebagai seorng manusia yang berjenggot panjang, memakai pakaian panjang membawa rembulan berbetuk bulan sabit diatasnya. Lagian, orang -orang tersebut membuat hiasan gambar-gambar timbul dan pahatan-pahatan (patung) dari tuhan mereka itu dan itulah yang mereka sembah. Hal ini merupakan system kepercayaan yang tersebar luas ketika itu, yang mendapatkan tempat persemaiannya di Timur Dekat (Near East), dimana keberadaannya terpelihara dalam jangka waktu yang lama. Orang-orang yang tinggal di wilayah tersebut terus saja menyembah tuhan-tuhan tersebut hingga sekitar tahun 600 M. Sebagai akibat dari kepercayaan itu, banyak bangunan yang dikenal dengan nama "ziggurat" yang dulu dipakai sebagai observatorium (tempat penelitian bintang-bintang) sekaligus sebagai kuil tempat peribadatan yang dibangun di daerah yang membentang sejak dri Mesopotamia hingga ke kedalaman Anatolia, disinilah beberapa tuhan,terutama dewa(i) Rembulan yang bernama "Sin" disembah oleh orang-orang ini. 1
Kepercayaan yang hanya bisa ditemukan dalam penggalian arkeologis yang dilakuan saat ini, telah disebutkan dalam Al Qur'an. Sebagaimana disebutkan dalam Al Qur'an, Ibrahim menolak penyembahan tuhan-tuhan tersebut dan berpegang teguh kepada Allah saja, satu-satunya Tuhan yang sebenarnya. Dalam Al Qur'an, perjalanan hidup Ibrahim digambarkan sebagai berikut :
Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Aazar: "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan?. Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata. Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdpat) di langit dan di bumi, dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang-orang yang yakin. Ketika malah telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetpi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam". Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata : "Sesungguhnya jika Tuhnaku tidak memberikan petunjuk kepadakum pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat". Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah tuhanku, ini lebih besar", maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata : "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan b umi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.(QS. Al-An'an: 74-79)
Dalam al Qur'an, tempat kelahiran Ibrahim dan tempat di mana dia tinggal tidak dikemukakan dengan terperinci. Tetapi diindikasikan bahwa Ibrahim dan Lut tinggal di tempat yang saling berdekatan satu sama lain dan malaikat yang diutus kepada umat nabi Lut juga mendatangi Ibrahim dan memberitahukan pada istrinya suatu berita gembira tentang bayi laki-laki (yang dikandungnya), sebelum para malaikat itu pergi melanjutkan perjalanan mereka menuju nabi Lut.
Cerita penting tentang Nabi Ibrahim dalam al Qur'an yang tidak disebutkan dalam Perjanjian Lama adalah tentang pembangunan Ka'bah. Dalam Al Qur'an, kita diberitahu bahwa Ka'bah dibangun oleh Ibrahim dan putranya Ismail. Sekarang ini, satu-satunya hal yang diketahui oleh ahli sejarah tentang Ka'bah adalah bahwa Ka'bah merupakan tempat yang suci sejak masa yang sangat tua. Adapun penempatan berhala-berhala pada Ka'bah selama masa jahiliyah berlangsung sampai diutusnya Nabi Muhammmad, dan itu merupakan penyimpangan dan kemunduran atas agama suci Ilahi yang pernah diwahyukan kepada Nabi Ibrahim.
Ket.Gambar hal 36. (Atas : Pada masa Nabi Ibrahim, agama politheisme menyebar ke seluruh wilayah Mesopotamia. Sang Dewa rembulan "Sin" salah satu berhala yang paling penting. Orang-orang membuat patung-patung dari tuhan-tuhan mereka dan menyembahnya. Disebelah tampak patung sin. Simbul bulan sabit dapat terlihat dengan jelas pada dada patung tersebut).
(Bawah: Ziggurat yang digunakan baik sebagai kuil dan observatory perbintangan yang dibangun dengan teknik yang paling maju ada masa itu. Bintang, rembulan dan matahari menjadi objek utama dari penyembahan dan langi memiliki hal yang sangat penting. Di sebelah kiri dan bawah adalah ziggurat utama dari bangsa Mesopotamia.
Pada masa Nabi Ibrahim, agama politeisme menyebar di wilayah Mesopotamia. Sang Dewa Bulan �Sin�, merupakan salah satu berhala yang paling penting. Orang-orang membuat patung dari tuhan-tuhan mereka dan menyembahnya. Di sebelah tampak patung Sin. Bentuk bulan sabit terlihat jelas pada dada patung tersebut. Zigurat, yang digunakan baik sebagai kuil dan tempat pengamatan bintang, merupakan bangunan yang dibuat dengan teknik paling maju pada masa itu. Bintang, bulan dan matahari menjadi objek utama penyembahan dan karenanya, langit merupakan hal sangat penting. Di sebelah kiri dan bawah adalah zigurat utama bangsa Mesopotamia.
Ibrahim Dalam Perjanjian Lama
Perjanjian Lama kemungkinan besar merupakan sumber paling detail dalam hal-hal yang berkenaan dengan Ibrahim, meskipun banyak diantaranya yang mungkin tidak bisa dipercaya. Menurut pembahasan dalam perjanjian lama, Ibrahim lahir sekitar 1900 SM di kota Ur, yang merupakan salah satu kota terpenting saat itu yang berlokasi di Timur Tengah dataran Mesopotamia. Pada saat lahir, Ibrahim tidak (belum) bernama "Ibrahim", tetapi "Abram". Namanya kemudian kemudian dirubah oleh Allah (YHWH).
Pada suatu hari, menurut Perjanjian Lama, Tuhan meminta Ibrahim untuk mengadakan perjalanan meninggalkan negeri dan masyarakatnya, menuju ke suatu negeri yang tidak pasti dan memulai sebuah masyarakat baru di sana. Abram pada usia 75 tahun mendengarkan seruan/pangilan itu dan melakukan perjalanan bersama istrinya yang mandul yang bernama Sarai - yang kemudian dikenal dengan nama "Sarah" yang berarti puteri raja - dan anak dari saudaranya yang bernama Lut. Dalam perjalanan menuju ke "Tanah yang Terpilih (Chosen Land)" mereka singgah/tingal di Harran untuk sementara waktu dan kemudian melanjutkan perjalanan mereka. Ketika mereka sampai di tanah Kanaan yang djanjikan oleh Allah kepada mereka, mereka diberikan wahyu oleh Allah berupa berupa pemberiahuan bahwa tempat tersebut secara khusus dipilihkan oleh Allah buat mereka dan dianugerhkan buat mereka. Ketika Abram mencapai usia 99 tahun, dia membuat perjanjian dengan Allah dan namanya kemudian dirubah menjadi Ibrahim (Abraham). Dia meninggal pada usia 175 tahun dan dikubur di gua Macpelah yang berdekatan dengan kota Hebron (e l-Kalil) di West Bank (tepi barat)yang hari ini wilayah tersebut di bawah penguasan Israel. Tanah tersebut sebenarnya dibeli oleh Ibrahim dengan sejumlah uang dan itu merupakan kekayaannya dan keluarganya yang pertama di Tanah Yang Dijanjikan itu (Promise Land).
Tempat Kelahiran Ibrahim Menurut Perjanjian Lama
Dimanakah tempat dilahirkannya Ibrahim, tetaplah merupakan sebuah isu yang diperdebatkan. Orang Kristen dan Yahudi menyatakan bahwa Ibrahim dilahirkan di sebelah Selatan Mesopotamia, pemikiran yang lazim dalam dunia Islam adalah bahwa tempat kelahiran nya adalah di sekitar Urfa-Harran. Beberapa penemuan baru menunjukkan bahwa thesis dari kaum Yahudi dan Kristen tidaklah menyiratkan kebenaran yang seutuhnya.
Orang Yahudi dan Kristen menyandarkan pendapat mereka pada Perjanjian Lama, karena dalam Perjanjian lama tersebut, Ibrahim dikatakan telah dilahirkan di kota Ur sebelah Selatan Mesopotamia setelah Ibrahim lahir dan dibesarkan di kota ini, dia dcieritakan telah menempuh sebuah perjalanan menuju Mesir, dan dalam perjalanan tersebut mereka melewati suatu tempat yang dikenal dengan nama Harran di wiayah Turki.
Meskipun demkian, sebuah manuskrip Perjanjian Lama yang ditemukan baru-baru ini, telah memunculkan keraguan yang serius tentang kesahihan/validitas dari informasi di atas. Dalam manuskrip yang ditulis dalam bahasa Yunani yang dibuat sekitar sekitar abad ketiga SM, dimana manuskrip tersebut diperhitungkan sebagai salinan yang tertua dari Perjanjian Lama, juga nama tempat "Ur" tidak pernah disebutkan. Hari ini banyak peneliti Perjanjian Lama yang menyatakan bahwa kata-kata "Ur" tidak akurat atau bahwa Ibahim tidak dilahirkan di kota Ur dan mungkin juga tidak pernah mengunjungi daerah/wilayah Mesopotamia selama hidupnya.
Disamping itu, nama-nama beberapa lokasi serta daerah yang disebutkan itu, telah berubah karena perkembangan jaman. Pada saat ini dataran Mesopotamia biasanya merujuk kepada tepi sungai sebelah selatan dari daratan Irak, diantara sungai Efrat dan Tigris. Lagipula, dua milinium (2000 tahun) sebelum kita, daerah Mesopotamia digambarkan sebagai sebuah daerah yang letaknya lebih ke Utara, bahkan lebih jauh ke autara sejauh Harran, dan membentang sampai ke daerah yang saat ini merupakan daratan Turki. Karena itulah, bila sekalipun kita menerima pendapat bahwa "Dataran Mesopotamia" yang disebutkan dalam Perjanjian Lama, tetap saja akan terjadi misleading (keliru) untuk berpikir bahwa Mesopotamia dua millennium yang lebih awal dan Mesopotamia hari ini adalah sebuah tempat yang persis sama.
Banhkan seandainya juga ada keraguan serius dan ketidaksepakatan tentang kota Ur sebagai tempat kelahiran Ibrahim, tetapi ada sebuah pandangan umum yang disetujui yaitu tentang fakta bahwa Harran dan daerah yang melingkupinya adalah tempat dimana Nabi Ibrahim hidup. Lebih dari itu, peneliltian singkat yang dilakukan terhadap isi Perjanjian Lama tersebut memunculkan beberapa informasi yang mendukung pandangan bahwa tempat kelahiran Nabi Ibrahim adalah Harran. Sebagai contoh di dalam Perjanjian Lama, daerah Harran ditunjuk sebagai "daerah Artam" (Genesis, 11:31 dan 28:10). Disebutkan bahwa orang yang datrang dari keluarga Ibrahim adalah "anak-anak dari seorang Arami" (Deutoronomi, 26:5). Identifikasi penyebutan Ibrahim dengan sebutan "seorang Arami" menunjukkan bahwa beliau (Ibrahim) melangsungkan kehidupannya di daerah ini.
Dalam berbagai sumber agama Islam, terdapat bukti yang kuat bahwa tempat kelahiran Ibrahim adalah Harran dan Urfa. Di Urfa yang disebut dengan "kota para Nabi" ada banyak cerita dan legenda tentang Ibrahim.
Mengapa Perjanjian Lama Dirubah?.
Perjanjian Lama dan Al Qur'an dalam mengungkapkan kisah tentang Ibrahim, tampaknya hampir-hampir menggambarkan dua orang sosok Nabi yang berbeda, yang bernama Abraham dan Ibrahim. Dalam Al Qur'an, Ibrahim diutus sebagai rasul bagi sebuah kaum penyembah berhala. Kaum Ibrahim tersebut menyembah surga-surga, bintang-bintang dan rembulan serta berbagai sembahan lain. Dia berjuang melawan kaumnya dan selalu berusaha untuk mencoba agar mereka meninggalkan kepercayaan-kepercayaan tahayul dan secara tidak terhindarkan, hal; itu juga telah membangkitkan nyala api permusuhan dari seluruh masyarakatnya bahkan termasuk ayahnya sendiri.
Sebenarnya, tidak ada satupun dari hal yang disebutkan diatas diceritakan dalam Perjanjian Lama. Dilemparkannya Ibrahim ke dalam api, bagaimana Ibrahim menghancurkan berhala-berhala yang disembah oleh masyarakatnya, tidaklah disebutkan dalam Perjanjian Lama. Secara umum Ibrahim digambarkan sebagai nenek moyang bangsa Yahudi dalam Perjanjian Lama. Hal ini menjadi bukti bahwa pandangan di dalam Perjanjian Lama ini dibuat oleh para pemimpin masyarakat Yahudi yang mencoba memberikan pijakan di masa mendatang konsep "ras/suku bangsa". Bangsa Yahudi percaya bahwamereka adalah kaum yang selalu dipilih oleh Tuhan dan merasa lebih unggul dari yang lainya. Mereka dengan sengaja dan penuh keinginan untuk mengubah kitab Suci mereka dan membuat penambahan-penambahan serta berbagai pengurangan berdasarkan keyakinan seperti di atas. Inilah sebabnya mengapa Ibrahim digambarkan sebagai nenek moyang bangsa Yahudi belaka dalam Perjanjian Lama.
Penganut Kristen yang percaya terhadap Perjanjian Lama, berpikir bahwa Ibrahim adalah nenek moyang bangsa Yahudi, namun hanya terdapat satu perbedaan; menurut penganut Kristen, Ibrahim bukanlah seorang Yahudi namun ia adalah seorang Kristen. Penganut Kristen yang tidak begitu memperhatikan konsep mengenai ras/suku bangsa sebagaimana dilakukan Yahudi, mengambil pendirian ini dan hal ini menjadi salah satu penyebab perbedaan dan pertentangan diantara kedua agama ini. Allah memberikan keterangan sebagaimana yang disebutkan dalam Al Qur'an sebagai berikut :
Hai ahli kitab, mengapa kamu bantah-membantah tentang hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir?. Beginilah kamu, kamu ini (sewajarnya) bantah-membantah tentang hal yang kamu ketahui, maka kenapa kamu bantah membantah dalam hal yang tidak kamu ketahui; Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.
Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi menyerahkan diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia dari golongan orang yang musyrik".
Sesungguhnya orang yang paling dekat kepaa Ibrahim adalah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad) serta orang-orang yan beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah pelindung semua orangh-orang yang beriman.(QS Ali Imran 65-68).
Di dalam Al Qur'an sangatlah berbeda dengan apa yang ditulis dalam Perjanjian Lama, Ibrahim adalah seseorang yang memperingatkan kaumnya agar mereka takut kepada Allah, serta bahwa dia adalah seseorang yang berperang/berjuang melawan kaumnya itu pada akhirnya. Dimulai sejak masa mudanya, ia memperingatkan kaumnya yang m,enyembah berhala-berhala untuk menghentikan perbuatan mereka itu. Sebagai reaksi, kaumnya bertindak dengan mencoba untuk membunuh Ibrahim. Untuk menghindar dari kejahatan yang dilakukan oleh kaumnya, maka Ibrahimpun akhirnya berpindah tempat.



PARA PENGHUNI GOA

Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) prasasti itu mereka, termasuk tanda-tanda Kami yang mengherankan.(QS Al Kahfi 9)
Surat ke 18 Al Qur'an dinamakan dengan "Al-Khaf" yang berarti "gua", menceritakan tentang sekelompok pemuda yang berlindung di sebuah gua untuk bersembunyi dari penguasa yang mengingkari Allah dan melakukan penindasan dan perbutan tidak adil atas mereka yang beriman. Ayat-ayat yang menerangkan tentang hal ini adalah sebagai berikut :
Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunya) prasasti itu mereka, termasuk tanda-tanda Kami yang mengherankan?. (ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu encari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)".
Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu, kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lamanya mereka tingal (di dalam gua itu). Kami menceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesunguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk; dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata: "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran". Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka). Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orrang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?. Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu . Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka dalam tempat yang yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari anda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan-Nya maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.
Dan kamu mengira mereka itu bangun padahal mereka tidur; dan Kami balik-balikkan mereka ke kanan dan kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan (diri) dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi dengan ketakutan terhadap mereka.
Dan demikianlah Kami bangunkan merka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: "Sudah berapalamakah kamu berada (disini)?". Mereka menjawab" "Kita berada (disini) sehari atau etengah hari". Berkata (yang lain lagi) "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (disini). Maka suruhlah salah satu orang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun.
Sesungguhnya jika mereka dapat mengatahui tempatmu, niscaya mereka akan melempar kamu dengan batu atau memaksamu kembali kepada agama mereka dan jika demikian nisaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya:
Dan demikianlah (kami) mempertemukan (manusia) dengan mereka, agar manusia itu mengetahui bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan padanya. Ketika orang-orang itu berselisih tentang urusan mereka, orang-orang itu berkata: "dirikanlah sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka". Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata: "Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan diatasnya". Nanti (ada orang yang akan ) mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya dan (yang lain) mengatakan: "(jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjingnya", sebagai terkaan terhadap barang yang gaib: dan (yang lain lagi) mengatakan: "(jumlah mereka) tujuh orang, yang ke delapan adalah anjingnya" Katakanlah : "Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit". Karena itu janganlah kamu (Muhammmad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorangpun diantara mereka.
Dan janganlah sekali-kali kamu mengatakan terhadap seuatu ; "Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi, kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah". Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah; "Mudah-mudahan Tuhanku memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini". Dan mereka tinggal di dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).
Katakanlah: " Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua); kepunyaan-Nyalah semua yang tersembunyi di langit dan bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya; tak ada seorang pelindungpun bagi mereka selain daripada-Nya' dan Dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan".(QS Al Kahfi 9-26).
Menurut kepercayaan yang berkembang luas di kalangan pengikut agama Islam dan Kristen, yang dimaksudkan dengan para Penghuni Gua adalah warga negara dari tiran yang kejam dari kekaisaran Romawi bernama Decius. Dikarenakan menemui penindasan dan tindakan sewenang-wenang, sekelompok orang muda ini memperingatkan kaumnya berkali-kali untuk tidak meninggalkan agama Allah. Ketidakacuhan dari kaumnya terhadap pesan-pesan tersebut dijawab dengan peningkatan penindasan oleh pihak kekaisaran dan mereka diancam untuk dibunuh, hal ini mengakibatkan mereka untuk meninggalkan rumah mereka (berlilndung).
Sebagaimana dikabarkan oleh catatan sejarah, pada saat itu, banyak kekaisaran yang melaksanakan kebijakan teror secara meluas, penindasan dan tindakan sewenang-wenang terhadap mereka yang percaya kepada agama Kristen dalam bentuk dan asalnya yang murni.
Dalam sebuah surat yang ditulis oleh Gubernur Romawi Pilinius (69-113 M) yang berada di Barat Laut Anatolia kepada Kaisar Trayanus, ia menghubungkannya dengan "orang-orang Messiah (Kristen) yang dihukum karena mereka menolak untuk menyembah patung dari sang kaisar". Surat ini adalah salah satu dokumen terpenting yang berkaitan dengan penindasan yang menimpa orang-orang Kristen pada masa awalnya. Berada dalam situasi seperti ini, maka orang-orang muda ini yang diperintahkan untuk tunduk kepada system yang non-agama dan untuk menyembah seorang kaisar sebagai tuhan selain Allah, merekapun tidak menerima hal ini dan mengatakan :
dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata: "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalu demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran". Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka). Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?.(QS Al Kahfi 14-15).
Dengan memperhatikan daerah dimana Para Penghuni Gua hidup, terdapat beberapa pandangan yang berbeda. Yang paling bisa diterima dengan akal daerah ini adalah Ephesus dan Tarsus.
Hampir semua sumber dari agama Kristen menunjukkan Ephesus adalah tempat dari Gua dimana orang-orang muda yang beriman ini berlindung. Beberapa peneliti Muslim dan pengamat Al Qur'an setuju dengan pendapat kaum Kristen tentang Ephesus. Beberapa yang lainnya menerangkan dengan terperinci bahwa tempat tersebut bukanlah Ephesus, dan kemudian berusaha untuk membuktikan bahwa kejadian tersebut terjadi di Tarsus. Dalam penelitian ini, kedua alternatif ini akan dibahas. Lagipula, semua peneliti dan pengamat - termasuk kalangan Kristen - mengatkan bahwa kejadian tersebut terjadi pada masa Kekaisaan Romawi Decius ( yang juga disebut dengan Decianus) sekitar 250 M.
Decius bersama dengan Nero dikenal sebagai Kaisar Romawi yang sangatlah sering menyiksa kaum Kristen. Dalam masa pemerintahannya yang singkat, ia mengesahkan sebuah hukum yang memaksa semua orang yang berada di bawah kekuasaannya untuk melakukan sebuah pengorbanan terhadap dewa-dewa Roawi. Seiap orang diwajibkan untuk melakukan pengorbanan terhadap dewa-dewa ini dan mereka harus mampu menunjukkan surat sertifikat yang menyatakan bahwa mereka telah melakukan pengorbanan tersebut yang harus mereka tunjukkan kepada petugas pemerintahan. Bagi mereka yang tidak mematuhinya akan dibunuh. Dalam sumber-sumber Kristen hal ini dikatakan bahwa sebagian besar dari kaum Kristen menolak perilaku musyrik ini dan melarikan diri dari "satu kota ke kota lain" atau bersembunyi di tempat rahasia. Para Penghuni gua kemungkinan besar adalah salah satu kelompok diantara para kaum Kristen awal ini.
Namun demikian ada satu hal yang harus ditekankan disini; topik ini telah diceritakan dalam sebuah cerita (perilaku) oleh banyak ahli sejarah dan pengamat Islam dan Kristen, dan akhirnya berubah menjdi sebuah legenda sebagai hasil dari penambahan-penambahan yang penuh dengan kepalsuan dan cerita mulut ke mulut. Namun demikian, kejadian ini adalah benar-benar merupakan kenyataan sejarah yang tidak apat diingkari.
Adakah Para Penghuni Gua berada di Ephesus

Sebagaimana diketahui kota dimana orang-orang muda ini hidup dan gua dimana mereka berlindung, beberapa tempat diindikasikan dalam berbagai sumber yang berbeda. Alasan utama untuk alasan ini adalah : orang-orang ingin percaya bahwa sebuah keteguhan hati dan keberanian dari orang-orag yang hidup dikotanya dan banyaknya kesamaan antara gua-gua yang ada di daerah tersebut. Sebagai contoh, hampir di semua tempat ini terdapat tempat untuk menyembah dikatakan dibangun diatas gua-gua. Sebagaimana dikenal luas, Ephesus diterima sebagai sebuah tempat suci bagi orang Kristen, karena dikota tersebut terdapat sebuah rumah yang dikatakan menjadi milik Perawan Maria dan yang kemudian berubah menjadi sebuah gereja. Jadi sangatlah mungkin bahwa Para Penghuni Gua pernah hidup disalah datu diantara tempat-tempat suci tersebut. Beberapa sumber Kristen bahkan menegaskan bahwa tempatnya adalah disini.
Sumber tertua yang berkaitan dengan hal ini adalah dari seorang pendeta Syria bernama James dari Saruc ( lahir 452 M). Ahli sejarah terkemuka Gibbon telah banyak mengutip dari penelitian James dalam bukunya yang berjudul The Decline and Fall of the Roman Empire (Kemunduran dan runtuhnya Kekaisaan Romawi). Berdasarkan buku ini, Kaisar yang melakukan penyiksaan tujuh pemuda pemeluk agama Kristen dan memamksa mereka untuk bersembunyi di dalam gua adalah kaisar Decius. Decius berkuasa di Kekaisaan Romawi antara 249-251 M dan masa pemerinahannya dikenal luas terhadap penyiksaan yang dilakukan terhadap para pengikut Nabi Isa (Jesus). Menurut para pengamat Islam, daerah dimana kejadian tersebut terjadi adalah "Aphesus" atau juga "Aphesos". Menurut Gibbon nama dari tempat ini adalah Ephesus. Terletak di pantai Barat Anatolia, kota ini adalah salah satu pelabuhan dan kota terbesar dari kekaisaran Romawi. Saat ini reruntuhan dari kota ini dikenal sebagai "Kota Antik Ephesus".

Bagian dalam dari gua di Ephesus yang dianggap sebagai gua yang ditempati Para Penghuni Gua.
Nama dari kaisar yang memerintah dalam masa ketika para Penghuni Gua dibangunkan dari tidur mereka yang panjang adalah Tezusius menurut para peneliti Muslim, dan menurut Gibon adalah Theodosius II menurut Gibbons. Kekaisaran ini berkuasa antra 408-450 M, setelah kekaisaran Romawi berubah memeluk agama Kristen.
Menurut ayat dibawah ini, dalam beberapa komentarnya dikatakan bahwa pintu masuk dari gua mengarah ke Utara sehingga sinar matahari tidak bisa menembus ke alam gua. Dengan demikian seseorang yang melewati gua tersebut tidak dapat melihat sama sekali apa yang ada didalamnya. Ayat Al Qur'an yang berkaian dengan hal ini mengatakan :
Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka dalam tempat yang yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari anda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan-Nya maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.( QS Al Kahfi: 17)

Gua di Ephesus tampak dari luar.
Ahli Arkeologis Dr. Musa Baran menunjuk Ephesus sebagai tempat dimana sekelompok orang muda yang beriman ini hidup, dalam bukunya yang berjudul "Ephesus" dia menambahkan :
Di tahun 250 SM, tujuh orang pemuda yang idup di Ephesus memilih untuk memeluk agama Kristen dan menolak penyembahan terhadap berhala . Mencoba untuk mencari jalan keluar, sekelompok pemuda ini menemukan sebuah gua yang berada di sebelah Timur lereng gunung Pion. Tentara Romawi yang melihat ini dan merekapun membangun dinding di pintu gua tersebut .1
Saat ini, telah diketahi bahwa diatas reruntuhan tua dan kuburan ini banyak didirikan bangunan religius. Penggalian yang dilakukan oleh Institut Arkrologi Austria di ahun 1926 mengungkapkan bahwa reruntuhan yang ditemukan di lereng Timur dari gunung Pion merupakan sebuah bangunan yang didirikan untuk kepentingan Para Penghuni Gua di pertengahan abad 7 (selama masa kepemimpinan Theodosius II) . 2




Apakah Para Penghuni Gua ada di Tarsus ?
Tempat kedua yang diajukan sebagai tempat dinama Penghuni Gua pernah hidup adalah Tarsus. Ternyata memang benar terdapat sebuah gua yang mirip dengan gua yang disebutkan dalam Al Qur'an yang terletak di sebuah gunung dikenal bail sebagai Encilus atau Bencilus yang terletak di Barat Laut Tarsus.
Pendapat yang menyatakan bahwa Tarsus adalah tempat yang tepat adalah pandangan dari banyak ilmuwan Islam. Satu dari salah seorang ahli tafsir terkemuka Al Qur'an, at-Tabari menetapkan bahwa nama gunung dimana gua tersebut berada adalah "Bencilus"dalam bukunya yang berjuful "Tarikh al-Umam", dan ditambahkan bahwa gunung ini terletak di Tarsus . 1
Ahli Tafsir Al Qur'an lain bernama Muhammad Emin menyatakan bahwa nama dari gunung tersebut adalah "Pencilus" yang ada di Tarsus, yang kadang-kadang diucapkan sebagai "Encilus". Menurutnya perbeaan huruf disebabkan perbedaan pengucapan huruf "B" atau oleh hilangnya huruf dari kata aslinya yang hal ini disebut dengan "historical word abrasion/ abrasi kata-kata sejarah)" . 2
Fakhrudin ar-Razi seorang ulama al-Qur'an terkenal yang lain, menerangkan dalam penelitiannya bahwa : Meskipun tempat ini disebut dengan Ephesus, maksud dasarnya untuk mengatakan Tarsus disini, sebab Ephesus hanyalah nama lain dari Tarsus" .3
Sebagai tambahan dalam tafsir Qadi al-Baidlawi dan an-Nasafi, dalam tafsir al-Jalalain dan dalam at-Tibyan, dalam komentar-komentar dari Elmali dan O. Nasuhi Bilmen, dan banyak ilmuwan/ ulama lainnya, tempat ini ditunjuk sebagai "Tarsus". Disamping itu kesemua ahli tafsir ini menerangkan bahwa kalimat dalam ayat 17, " matahari ketika terbit condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri" dengan mengatakan bahwa mulut gua di pegunungan terlihat ke arah Utara .4

Gua di Tarsus yang diduga merupakan gua yang dihuni para Penghuni Gua
Penghuni Gua menjadi subjek perhatian dan juga pada masa kekaisran Turki Usmani dan banyak peneliti yang melakukan penelitian atas hal ini. Mereka mengadakan korespondensi dan pertukaran informasi tentang hal ini dalam arsip perdana Menteri Turki Usmani. Sebagai contoh dalam sebuah surat yang dikirimkan kepada Penguasa Perbendharaan Negeri Turki Usmani oleh pemerintah local Trasus, terdapat sebuah permintaan resmi dan lampiran yang menyebutkan permintaan mereka untuk memberikan upah kepada orang-orang yang berurusan dengan pembersihan dan pemeliharaan gua Ashab al-Kahfi (Para Penghuni Gua). Dalam jawaban terhadap surat ini menyatakan bahwa agar gaji itu bisa dibayarkan pada para pekerja dengan diambilkan dari perbendaharaan negara, perlu untuk mengatahui apakah tempat ini adalah benar-benar merupakan tempat dimana Para Penghuni Gua pernah berada. Penelitian yang dilakukan untuk tujuan ini sangatlah berguna dalam penentuan letak sebenarnya dari gua tersebut. Dalam sebuah laporan yang dipersiapkan setelah melakukan penyelidikan yang dilakukan oleh Dewan Nasional, dikatakan bahwa : " Disebelah Utara Tarsus, yaitu propinsi Adana terdapat sebuah gua di gunung, dua jam dari Tarsus dan mulut gua tersebut nampak mengarah ke Utara sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur'an" . 5
Perdebatan yang berkembang atas siapa para Penghuni Gua, dimana dan kapan mereka hidup, selalu mengarahkan pihak berwenang untuk mengadakan penelitian terhaap hal ini dan banyak komentar dibuat atas hal ini. Namun belum satupun komentar-komentar ini yang dapat dipertimbangkan kebenarannya, sehingga pertanyataan seperti ; pada masa yang manakah pemuda yang beriman ini hidup dan dimanakah gua yang disebutkan dalam ayat Al Qur'an, sampai sat ini tetaplah tanpa jawaban yang mendasar.

KAUM SABA DAN BANJIR ARIM

Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasan Allah) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan kiri (kepada mereka dikatakan): " Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun". Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun-kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dri pohon Sidr ( QS Saba' 15-16).
Kaum Saba adalah satu diantara empat peradaban besar yang hidup Arabia Selatan. Kaum ini diperkirakan hidup sekitar sekitar 1000-750 SM dan hancur sekitar 550 M setelah melalui penyerangan selama dua abad dari Persia dan Arab.
Masa keberadaan dari peradaban Saba menjadi pokok pembiacaran dari banyak diskusi. Kaum Saba mulai mencatat kegiatan pemerintahannya sekitar 600 SM, Inilah sebabnya tidak terdapat catatan tentang mereka sebelum tahun tersebut.
Sumber tertua yang menyebutkan tentang kaum Saba adalah catatan tahunan keajadian perang yang ditinggalkan dari masa raja Asyiria Sargon II (722-705 SM). Sargon mencatat orang-orang yang membayar pajak kepadanya, ia juga menyebutkan bahwa raja Saba yaitu Yith'i-amara (It'amara). Catatan ini merupakan catatan tertulis tertua yang memberikan informasi tentang peradaban Saba. Namun belumlah tepat untuk menarik kesimpulan bahwa kebudayaan Saba dirintissekitar 700 SM hanya dengan mendasarkan pada data ini saja, sangatlah mungkin bahwa kaum Saba telah hidup dalam jangka waktu yang sangat panjang sebelum dicatat dalam catatan tertulis. Hal ini berarti bahwa sejarah Saba mungkin lebih tua dari yang disebutkan diatas. Dalam prasasti Arad-Nannar, seorang raja terakhir dari negara Ur, digunakan kata "Sabum" yang diperkirakan berarti " negeri Saba".1 Jika kata ini berarti Saba, maka hal ini menunjukan bahwa sejarah Saba mundur ke belakang pada tahun 2500 SM.
Sumber-sumber sejarah yang menceritakan tentang Saba biasanya mengatakan bahwa Saba memiliki sebuah kebudayaan seperti Phoenician, khususnya terlibat dalam kegiatan perdagangan. Menurut sumber ini, kaum Saba memiliki dan mengatur sejumlah jalur perdagangan yang melintasi Arabia selatan. Biasanya orang-orang Saba menjual daganganya ke Mediterania dan Gaza demikian juga melintasi Arabi Selatan, di mana mereka telah menapatakan izin dari raja Sargon II penguasa dari seluruh wilayah atau dengan membayar sejumlah tertentu pajak kepadanya. Ketika kaum Saba mulai membayar pajak kepada kerajaan Assyiria, maka nama mereka mulai tercatat dalam sejarah negeri ini.
Kaum Saba telah dikenal sebagai orang-orang yang beradab dalam sejarah. Dalam prasasti para penguasa Saba, terdapat kata-kata seperti ; "mengembalikan", "mempersembahkan', dan "membangun"seringkali digunakan. Bendungan Ma'rib yang merupakan salah satu monumen terpenting dari kaum ini, adalah merupakan indikasi penting yang menunjukkan tingkatan teknologi yang telah diraih oleh kaum Saba. Namun hal ini tidak berarti bahwa angkatan bersenjata Saba adalah lemah. Bala tentara Saba adalah salah satu faktor terpenting yang memberikan sumbangan terhadap kelangsungan dan ketahanan kebudayaan mereka dalam jangka waktu yang lama tanpa keruntuhan.
Negara Saba memiliki tentara yang paling kuat di kawasan tersebut. Negara mampu melakukan politik ekspansi (meluaskan wilayah) berkat angkatan bersenjatanya. Negra Saba telah menaklukkan wilayah-wilayah dari negara Qataban Lama yang memiliki tanah yang luas di benua Afrika. Selama abad 24 SM dalam ekspedisi ke Magrib, angkatan bersenjata Saba mengalahkan dengan telak angkaan bersenjata Marcus Aelius Gallus, seorang Gubernur di Mesir dari Kekaisaran Romawi yang sesungguhnya merupakan negara yang terkuat pada saat itu. Saba dapatlah digambarkan sebagai sebuah negara yang menerapkan kebijakan yang moderat, namun mereka tidak akan ragu-ragu untuk menggunakan kekuatan bersenjata jika memang diperlukan. Dengan keunggulan kebudayaan dan militer, negara Saba merupakan salah satu "super power" di daerah tersebut kala itu.
Kekuatan angkatan bersenjata Saba yang sangat hebat juga disebutkan di dalam Al Qur'an. Sebuah ungkapan dari komandan tentara Saba yang diceritakan dalam Al Qur'an menunjukkan rasa prcaya diri yang sangat besar yang dimiliki oleh tentara Saba. Sang Komandan berkata kepada sang ratu penguasa Saba ; "Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuaan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat ( dalam peperangan), dan keputusan berada ditanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan". ( QS an Naml 33).

Inscriptions written in the language of the people of Saba.
Ibukota dari Saba dalah Ma'rib yang sangat makmur, berkat letak geografisnya yang sangat menguntungkan. Ibukota ini sangat dekat dengan Sungai Adhanah. Titik dimana sungai bertemu Jabal Balaq sangatlah tepat untuk membangun sebuah bendungan. Dengan memanfaatkan keadaan alam ini, kaum Saba membangun sebuah bendungan di tempat dimana peradaban mereka pertama kali berdiri, dan sistem pengairan merekapun dimulai. Mereka benar-benarr mencapai tingkat kemakmuran yang sangat tingi. Ibukotanya yaitu Ma'rib, adalah salah satu kota termodern saat itu. Penulis Yunani bernama Pliny yang telah mengunjungi daerah ini dan sangat memujinya, menyebutkan betapa menghijaunya kawasan ini.2
Ketinggian dari bendungan di Ma'rib mencapai 16 meter, lebar 60 meter dengan panjang 620 meter. Berdasarkan perhitungan, total wilayah yang dapat diari oleh bendungan ini adalah 9.600 hektar, dengan 5.300 hektar termasuk dataran bagian selatan bendungan dan sisanya termasuk dataran sebelah barat seluas 4.300 hektar (pen). Dua dataran ini dihubungkan sebagai " Ma'rib dan dua dataran tanah " dalam prasasti Saba.3 Ungkapan dalam Al Qur'an yang menyebutkan " dua buah kebun disisi kiri dan kanan "menunjukkan akan kebun yang mengesankan dan kebun angur di kedua lembah ini. Berkat bendungan ini dan system pengairan tersebut maka daerah ini sangnat terkenal memiliki pengairan yang terbaik dan kawasan paling subur di Yaman. J. Holevy dari Perancis dan Glaser dari Austria membuktikan berdasarkan dokumen tertulis bahwa bendungan Ma'rib telah ada sejak jaman kuno. Dalam dokumen tertulis dalam dialek Himer dihubungkan bahwa bendungan ini yang menyebabkan kawasan ini sangat produktif.
Bendungan ini diperbaiki secara besar-besaran selama abad 5 dan 6 M. Namun demikian, perbaikan yang dilakukan ini ternyata tidak mampu memcegah keruntuhan bendungan ini tahun 542 AD. Runtuhnya bendungan tersebut mengakibatkan "banjir besar Arim" yang disebutkan dalam Al Qur'an serta mengakibatkan kerusakan yang sangat hebat. Kebun-kebun anggur, kebun dan ladang-ladang pertanian dari kaum Saba yang telah mereka panen selama ratusan tahun benar-benar dihancurkan secara menyeluruh. Dan kaum Sab apun segera mengalami masa resesi yang terjadi setelah hancurnya bendungan tersebut. Negeri Saba berakhir dalam waktu tersebut yang dimulai dengan hancurnya bendungan
Banjir Arim yang Dikirimkan Untuk Negeri Saba
Ketika kita mempelajari Al Qur'an serta membandingkannya dengan catatan sejarah tersebut diatas, maka kita akan melhat kesamaan yang sangat mendasar dalam hal ini. Temuan arkeologis dan juga catatan sejarah membenarkan apa yang dicatat dalam Al Qur'an. Sebagaimana disebutkan alam ayat berikut, kaum ini yang tidak mendengarkan peringatan dari Nabi mereka dan yang menolak atas kepercayaan tersebut, akhirnya mereka dihukum dengan banjir bah yang mengerikan. Banjir ini disebutkan dalam Al Qur'an dalam ayat-ayat sebagai berikut :
Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasan Allah) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan kiri (kepada mereka dikatakan): " Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun". Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun-kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir. ( QS Saba' 15-17).
Sebagaimana ditekankan dalam ayat-ayat diatas, kaum Saba yang hidup di suatu daerah yang ditandai dengan keindahan yang luar biasa, kebun-kebun anggur yang subur. Terletak di jalur perdagangan, negeri Saba memiliki standar kehidupan yang tinggi dan menjadi salah satu kota yang terkenal di masa itu
Disebuah negeri dengan standar kehidupan dan keadaan yang sangatlah bagus, apa yang sehausnya dilakukan oleh Kaum saba adalah untuk "Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya" sebagaiman disebutkan dalam ayat diatas. Namun mereka tidak melakukannya. Mereka memilih untuk mengakui kemakmuran negeri yang mereka miliki aalah kepunyaan mereka sendiri, mereka merasa bahwa merekalah yang membuat semua keadaan yang luar biasa tersebut. Mereka memilh untuk menjadi sombong daripada bersyukur dan menurut ungkapan dalam ayat tersebut dikatakan, mereka "berpaling dai Allah"�
Karena mereka mengaku bahwa semua kekayaan adalah milik mereka, maka merekapun kehilangan semua yang merek miliki.
Di dalam Al Qur'an, hukuman yang dikirmkan kepada kaum Saba dinamakan "Sail al-Arim" yang berarti "banjir Arim". Ungkapan yang digunakan dalam Al Qur'an juga menceritakan kepada kita bagaimana bencana ini terjadi. Kata "Arim" berarti bendungan atau rintangan. Ungkapan " Sail al-Arim" menggambarkan sebuah banjir yang datang bersamaan dengan runtuhnya bendungan ini. Seorang pengamat Islam telah menetapkan tentang waktu dan tempat kejadian ini dengan petunjuk yang digunakan dalam Al Qur'am tentang banjir Arim. Mawdudi menulis dalam komentaranya:
Dalam ungkapan sail al-Arim kata "Arim" diturunkan dari kata "airmen" digunakan dalam dialek Arabia selatan yang bearti "bendungan,rintangan" Dalam reruntuhan yang tersingkap dalam penggalian yang dilakukan di Yemen, kata ini tampaknya sering digunakan dalam pengertian ini. Sebagai contoh dalam prasasti Ebrehe (Abraha) yang dibuat oleh Habesh dari kerajaan Yaman , setelah dilakuakan restorasi terhadap dinding besar Ma'rib ditahun 542 dan 543 M, kata ini digunakan untuk pengertian bendungan waktu dan lagi. Sehingga ungkapan sail al-Arim berarti " sebuah bencana banjir yang terjadi setelah runtuhnya sebuah bendungan." " Kami ganti kedua kebun-kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. (QS Saba 16) . Setelah runtuhnya dinding bendungan , seluruh negeri digenangi oleh banjir . Saluran yang telah digali oleh kaum Saba dan juga dinding yang dibangun dengan mendirikan penghalang/perinrang antar gunung-gunung dihancurkan dan system pengairanpun hancur berantakan.Sebagi hasilnya, daerah yang semula berupa kebun yang subur berubah menjadi sebuah hutan. Tidak ada lagi buah yang tersisa kecuali buah seperti cheri dari tunggul pepohon kecil .4
Bawah (Reruntuhan bendungan Ma'rib yang tampak diatas adalah salah satu karya yang paling pentin dari kaum Saba. Bendungan ini runtuh dikarenakan banjir Arim yang disebutkan dalam Al Qur'an dan semua daerah pertaniannya dilanda banjir. Daerah itu dihancurkan dengan runtuhnya bendungan. Negeri Saba kehilangan kekuatan ekonominya dalam waktu yang sangat singkat dan dalam waktu yang tidak lama pula negeri ini dihancukan.
Bendungan Ma'rib yang telah mereka bangun dengan teknologi yang sangat maju, maka kaum Saba pun menjadi pemilik sistim pengairan yang luas dan maju. Tanah yang subur dan mereka usahakan dan penguasaan mereka atas jalur perdagangan memberikan mereka gaya hidup yang luar biasa dan yang mewah. Namun, mereka kemmudian "berpaling" dari Allah yang seharusnya mereka harus bersyukur atas semua kemurahan yang diberikan-Nya, Karenanya bendungan merekapun runtuh dan "banjir Arim" menghancurkan semua hasil pencapaian mereka.
Werner Keller seorang ahli arkeologi Kristen penulis buku " The Holy Book Was Right (Und die Bible Hat Doch Recht) sepakat bahwa banjir Arim terjadi sebagaima disebutkan dalam Al Qur'an dan ia menulis bahwa keberadaan sebuah bendungan dan penghancuran seluruh negeri dikarenakan runtuhnya bendungan membuktikan bahwa contoh yang diberikan dalam Al Qur'an tentang kaum pemilik kebun-kebun tersebut adalah benar-benar adanya .5
Setelah bencana banjir Arim, daerah tersebut muali berubah menjadi padang pasir dan kaum Saba kehilangan sumber pendapaan mereka yang paling penting dengan menghilangnya lahan pertanian mereka. Kaum yang tidak mengindahkan seruan Allah untuk beriman kepda-Nya dan bersyukur kepada-Nya, akhirnya diazab dengan sebuah bencana seperti ini. Setelah penghancuran yang disebabkan oleh banjir, kaum Saba mulai terpecah-belah. Kaum Saba mulai meninggalkan rumah-rumah mereka dan berpindah ke Arabia Selatan, Makkah dan Syria . 6
Dikarenakan banjir ini terjadi setelah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, peristiwa banjir Arim ini hanya disebutkan alam Al Qur'an.
Kota Ma'rib yang dulunya pernah dihuni oleh Kaum Saba, namun sekrang hanyalah sebuah reruntuhan yang terpencil, tidaklah diragukan lagi bahwa ini merupakan peringatan bagi mereka yang mengulang kesalahan seperti yang dilakukan kaum Saba. Kaum Saba bukanlah satu-satunya kaum yang dihancurkan dengan banjir. Dalam Al Qur'an surat Al Kahfi diceritkan tentang kisah dua orang pemilik kebun. Satu diantaranya memiliki kebun yang sangat mengesankan dan produktif seperti halnya yang dimiliki oleh kaum Saba. Namun merekapun membuat kesalahan yang sama sebagiamana halnya mereka, berpaling dari Allah. Ia berpikir bahwa anugerah yang dilimpahkan kepadanya "menjadi milik" dari diriya sendiri (dia sendirilah yang menyebabkan kesemuanya itu, bukan karena Allah):
Dan berikanlah kepada mereka sebuah perumpamaan dua orang laki-laki, kami jadikan bagi seorang diantara keduanya (yang kafir) dua buah kebun anggur dan Kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon korma dan di antara kedua kebun itu Kami buatkan ladang. Kedua buah kebun itu menghasilkan buahnya, dan kebun itu tiada kurang buahnya sedikitpun , dan Kami alirkan sungai dicelah-celah kedua kebun itu, dan dia mempunyai kekayan yang besar, maka ia berkata kepada kawannya (yang mu'min) ketika ia bercakap-cakap dengan dia; "Hartaku lebih banyak dari hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat.". Dan dia memasuki kebunnya sedang dia zalim kepada dirinya sendiri; Ia berkata :" Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku dikembalikan kepda Tuhanku, pasti aku akan mendapat kembali tempat yang lebih baik daripada kebun-kebun itu". Kawannya (yang mu'min) berkata kepaanya sedang dia bercakap-cakap dengannya: " Apakah kamu kafir kepada (Tuhan ) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna?. Tetapi aku (percaya bahwa); Dialah Allah, Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku. Dan mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu masya allah tidak ada kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah ?. Jika kamu anggap aku lebih kurang daripada kamu dalam hal harta dan anak., maka mudah-mudahan Tuhanku akan memberi kepadaku (kebun) yang lebih baik daripda kebunmu (ini); dan mudah-mudahan Dia mengirimkan ketentuan (petir) dari langit kepada kebun-kebunmu, hingga (kebun itu) menjadi tanah yang licin; atau airnya menjadi surut ke dalam tanah, maka sekali-kali kamu tidak dapat menemukannya lagi". Dan harta kekayaanya dibinasakan, lalu ia membolak-balikkan kedua tangannya (tanda menyesal) terhadap biaya yang telah dibelanjakannya untuk itu, sedang pohon anggur itu roboh bersama para-paranya dan dia berkata : " Aduhai kiranya dahulu aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku". Dan tidak ada bagi dia segolonganpun yang akan menolongnya selain Allah; dan sekali-kali ia tidak dapat membela dirinya. Disana pertolongan itu hanya dari Allah yang Hak . Dia adalah sebaik-baik Pemberi pahala dan sebaik-baik Pemberi Balasan. ( QS Al Kahfi 32-44).
Sebagaimana dapat dipahami dari ayat-ayat ini, kesalahan yang dilakukan oleh pemilik kebun adalah mengingkari keberadaan Allah. Meski ia mengingkari keberadan Allah namun sebaliknya ia mengira bahwa " meskipun jika dikembalikan kepada Tuhannya" ia akan mendapatkan balasan yang lebih baik. Ia yakin bahwa keadaan yang dialaminya, hanyalah tergantung dari kesuksesan usahanya sendiri.
Sebenarnya ini adalah berarti mempersekutukan Allah dengan orang/hal yang lain; mencoba untuk mengaku bahwa segala sesuatu yang dimiliki oleh Allah dan hilangnya rasa takut seseorang kepada Allah, berpikir bahwa seseorang memiliki keagungan atas diriya sendiri, dan Allah dengan caraNya "menunjukkan kemurahan" pada seseorang.
Hal inilah yang juga dilakukan oleh Kaum Saba, hukuman mereka adalah sama - semua daerah kekuasaannya dihancurkan- sehingga mereka dapat memahami bahwa mereka bukanlah orang uang menjadi "pemilik " kekuatan namun hanyalah "berkat" kepada mereka �..

Al Qur'an menceritakan kepada kita bahwa Ratu Saba dan kaumnya " menyembah matahari selain menyembah Allah' sebelum ia mengikuti Sulaiman. Informasi yang didapat dari prasasti membenarkan kenyataan ini dan menunjukkan bahwa mereka menyembah matahari dan rembulan dalam kuil-kuil mereka, salah satunya tampak seperti gambar diatas. Dalam pilar/tugu nampak prasasti yang ditulis dalam bahas Saba .











































































FIR'AUN YANG DI TENGGELAMKAN

(Keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir'aun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya. Mereka mendustakan ayat-ayat Tuhannya maka Kami membinasakan mereka disebabkan dosa-dosanya dan Kami Tenggelamkan Fir'aun dan pengikut-pengikutnya; dan kesemuanya adalah orang-orang yang zalim.( QS Al Anfal 54).
Peradaban Mesir kuno berada dalam waktu yang sama dengan negara kota yang berada di Mesopotamia, dikenal sebagai satu diantara peradaban tertua di dunia dan dikenal dengan pengorganisasian negara dan paling maju dalam tatanan sosial dijamannya. Fakta bahwa mereka telah menemukan tulisan/huruf pada milinium 3 SM dan menggunakannnya, bahwa mereka juga memanfaatkan sungai Nil dan mereka terselamatkan dari berbagai bahaya luar dalam kaitannya dengan setting alamiah negara tersebut, nyata-nyata telah memberikan sumbangan yang besar terhadap bangsa Mesir dalam peningkatan peradaban mereka.
Namun, masyarakat yang "beradab" ini, pada masa berlakunya "pemerintahan Fir'aun (Pharaoh)" menggunakan system kafir yang disebutkan secara jelas dalam Aal qur'an dalam bahasa yang amat jelas dan lugas. Mereka bersifat congkak, angkuh dengan kebanggaan diri, mengesampingkan dan mengutuk. Dan akhirnya baik peradaban mereka yang maju, tatanan sosial politik bahkan dengan tentara yang kuat sekalipun tidak bisa menyelamatkan ketika mereka dihancurkan.
Wewenang Sang Fir'aun (Pharaoh)
Peradaban bangsa Mesir sangat mendasarkan pada kesuburan sungai Nil. Bangsa Mesir telah menetap di lembah Nil dikarenakan melimpahnya air di sungai ini dan karena mereka bisa mengolah tanah dengan persediaan air yang telah diberikan oleh sungai yang tidak tergantung kepada musim hujan. Ahli sejarah Ernest H Gombrich mengaakan dalam tulisannya bahwa Afrika sangatlah panas dan terkadang tidak pernah sama sekali turun hujan selama berbulan-bulan. Inilah sebabnya mengapa banyak daerah di benua yang besar ini sangat luar biasa keringnya. Bagian-bagian dari benua ini tertutup oleh lautan pasir yang sangat luas. Di kedua sisi sungai Nil juga tertutup oleh pasir dan di Mesir sendiripun jarang terjadi hujan. Namun di negeri ini hujan tidaklah terlalu dibutuhkan karena sungai Nil yang mengalir melintas ditengah-tengah seluruh negara .1
Jadi siapapun yang nenguasai sungai Nil yang sangtlah penting tersebut maka dialah yang bisa menguasai asset terbesar perdagangan dan pertanian Mesir. Pharaoh bisa melangengkan dominasinya atas Mesir dengan jalan ini.
Bentuk sungai Nil yang sempit dan memanjang di Lembah Nil tidak memungkinkan unit-tunit kependudukan yang berada disekitar sungai untuk terlalu mengembangkan wilayahnya. Itulah sebabnya bangsa Mesir lebih memilih untuk membentuk sebuah peradaban yang terdiri dari kota-kota kecil dan perkampungan daripada kota-kota besar. Faktor inilah yang memperkuat dominasi Pharaoh atas masyarakatnya.
Raja Menes dikenal sebagai pharaoh Mesir pertama yang menyatukan seluruh Mesir kuno untuk pertama kalinya dalam sejarah dalam sebuah negara persatuan kurang lebih 3000 SM. Kenyaaan bahwa istilah "Pharaoh " asal usulnya merujuk pada istana dimana raja Mesir berada, namun pada saat itu menjadi gelar dari raja-raja Mesir. Inilah sebabnya mengapa raja yang memerintah Mesir kuno mulai disebut " Pharaoh".
Sebagai pemilik, pengatur dan penguasa dari seluruh negara dan wilayah-wilayahnya, maka Pharaoh diterima sebagai pengejawantahan dari dewa yang terbesar dalam kepercayaan Mesir kuno yang Politheistik dan menyimpang. Administrasi dari wilayah Mesir, pembagian mereka, pendapatan mereka, singkatnya, seluruh pertanian, jasa dan produksi dalam batas-batas wilayah negara dikelola dalam kekuasan Pharaoh.
Absolutisme dalam masa kepemimpinannya telah melengkapi penguasaannya terhadap negara dengan kekuasaan yang dapat melakukan semua hal sesuai dengan keinginannnya. Tepat pada dinasti pertama kekuasaannya Menes yang menjadi raja Mesir yang berhasil menyatukan Hulu dan Hilir Mesir, Sungai Nil diserahkan kepada publik dengan menggunakan saluan-saluran air. Disamping itu seluruh produksi berada dibawah penguasaan dan seluruh produksi barang dan jasa diberikan untuk kepentingan sang raja. Rajalah yang mendistribusikan dan membagi barang dan jasa dalam proporsi yang diinginkan oleh rakyat. Hal ini tidaklah sulit bagi raja yang telah memiliki suatu kekuasaan di daeah tersebut untuk menempatkan rakyat dalam kepatuhan Raja Mesir atau yang nantinya bernama Pharaoh dan dia mengaku dirinya sebagai Makhluk suci yang memegang kekuasan yang besar dan mencakupi semua kebutuhan rakyatnya dan ia mengubah dirinya menjadi tuhan. Para Pharaoh benar-benar percaya bahwa diri mereka adalah tuhan.
Kata-kata Pharaoh (Fir'aun) disebutkan dalam al Qur'an yang digunakan dalam percakapannya dengan Musa, hal ini membuktikan bahwa mereka percaya atas ketuhanan Pharaoh. Ia mencoba mengancam Musa dengan mengatakan ;" Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan". ( QS Asy-Syu'ara 29), dan berkata Fir-aun kepada orang-orang di sekelilingnya ;" Hai Pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku". (QS Al Qashas 38).
Ia mengatakan ini semua karena menganggap dirinya adalah tuhan.
Kepercayaan relijius bangsa Mesir
kebanyakan berdasarkan kepada
pengabdian terhadap tuhan-tuhan
mereka. �Perantara� antara tuhan-
tuhan ini dengan manusia adalah para
pendeta yang merupakan bagian dari
para pemuka masyarakat.

Karena berurusan dengan ilmu magis
dan sihir, para pendeta menjadi kelas
penting yang digunakan oleh para
fir�aun untuk menjaga kepatuhan
rakyatnya.

Kepercayaan Agama
Menurut Herodotus seorang ahli sejarah, Mesir kuno adalah umat yang paling beriman di dunia. Namun agama mereka bukanlah agama yang sejati, namun merupakan sebuah bentuk politheisme yang sesat. Dan mereka tidak bisa meningalkan agama sesat mereka karena mereka orang-orang yang sangat kolot (konservatif).
Bangsa Mesir kuno sangatlah dipengaruhi oleh lingkungan alam dimana mereka hidup. Keadaan alam Mesir menjaga negara tersebut terhadap serangan dari luar secara sempurna. Mesir dikelilingi oleh gurun pasir, pegunungan dan lautan disemua sisi. Serangan mungkin dilakukan terhadap negara tersebut hanya dengan kemungkinan dua jalan, namun mereka dapat dengan mudah mempertahankan diri. Bangsa Mesir menjadi terisolasi dari dunia luar berkat faktor-faktor alam ini. Namun dengan sifat fanatik yang berlebihan sehingga bangsa Mesir memperoeh cara berpikir yang membelenggu mereka terhdap perkembangan dan hal-hal yang baru dan mereka sangatlah kolot terhadap agama mereka. Agama nenek moyang mereka yang disebutkan berkali-kali dalam Al Qur'an menjadi nilai yang paling penting bagi mereka.
Inilah sebabnya Fir'aun dan lingkungan dekatnya mengingkari Musa dan Harun ketika mengumumkan Agama Sejati dengan mengatakan ;
Mereka berkata; "Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari apa yang kami dapati nenek moyang kami mengerjakannya, dan supaya kamu berdua mempunyai kekuasaan di muka bumi?, kami tidak akan mempercayai kamu berdua".(QS. Yunus: 78)
Agama/kepecayaan dari bangsa Mesir kuno dibagi ke dalam cabang-cabang, yang paling utama menjadi agama resmi negara adalah kepercayaan terhadap orang-orang dan adanya kehidupan setelah kematian.
Menurut agama resmi negara, Fir'aun (Pharaoh) adalah mahkluk suci, dia adalah pengejawantahan dari tuhan-tuhan mereka di muka bumi dan tujuannya adalah untuk menyelenggarakan keadilan dan melindungi mereka di dunia.
Kepercayaan yang berkembang luas dikalangan masyarakat sangatlah rumit dan unsur-unsur yang berbenturan dengan kepercayaan resmi negara ditekan oleh pemerintahan Fir'aun. Pada dasarnya mereka percaya kepada banyak tuhan dan tuhan ini biasanya digambarkan memiliki kepala binatang dengan tubuh manusia.
Kehidupan setelah mati merupakan bagian terpenting dalam kepercayaan bangsa Mesir. Mereka percaya bahwa roh akan terus hidup setelah jasad mati. Sesuai dengan hal ini roh-roh dari orang mati dibawa oleh malaikat-malaikat tersebut kepada tuhan sebagai hakim dan 4 saksi hakim lainnya, sebuah skala derajat tersusun dipertengahan dan jantung dari ruh/jiwa ditimbang dalam skala ini. Bagi mereka yang mati dengan timbangan kebaikan lebih banyak hidup dalam keadaan penuh dengan keindahan dan hidup dalam kebahagiaan, bagi mereka yang timbangannya lebih berat dengan kejahaan dikirim ke satu tempat dimana mereka mendapatkan siksaan yang berat. Disana mereka disiksa dalam keabadian oleh sebuah makhluk aneh yang disebut dengan "Pemakan Kematian".
Kepercayaan bangsa Mesir terhadap kehidupan di hari kemudian jelas-jelas menunjuukan paralelisme (kesamaan padangan) dengan kepercayaan monotheistik dan agama sejati (yang benar). Dan perintah-perintah suci telah mencapai peradaban Mesir kuno, namun agama ini kemudian diselewengkan dari monotheisme berubah menjadi Pholytheisme. Seperti telah diketahui bahwa para pemberi peringatan menyerukan orang-orang untuk meng-Esakan Allah dan memerintahkan mereka untuk menjadi hamba-Nya, diutus di Mesir dari masa ke masa sebagaimana mererka diutus untuk seluruh penduduk dunia pada satu waktu atau waktu yang lain. Salah satunya adalah Nabi Yusuf yang kehidupannya secara terperinci diceritakan dalam Al Qur'an. Sejarah Nabi Yusuf adalah sangat penting karena terdapat kehadiran anak-anak Israel di Mesir dan bagaimana mereka menatap disana.
Sebaliknya dalam sejarah terdapat keterangan yang menyatakan bahwa banyak orang Mesir yang menyerukan orang-orang terhadap kepercayaan -kepercayaan Monotheistik bahkan sebelum nabi Musa sekalipun, salah satu dari mereka adalah Pharaoh(Fir'aun) yang paling penting dalam sejarah Mesir, dia adalah Amenhotep IV.
Fir'aun Amenhotep IV Yang Monotheistik
Fir'aun-fir'aun Mesir pada umumnya bersifat brutal, menindas, suka berperang dan orang-orang yang bengis. Secara umum menereka mengadopsi agama politheisme Mesir dan mendewa-dewakan diri mereka sendiri melalui agama ini.
Namun terdapat seorang Fir'aun dalam sejarah Mesir yang sangat-sangat berbeda dengan yang lainnya. Fir'aun ini mempertahankan kepercayan terhadap sang pencipta Yang Tunggal dan karenanya ia mendapakan perlawanan yang sangat kuat dari para pendeta Amon, yang mereka itu mendapatkan keuntungan dari agama politheisme dan dengan beberapa prajurit yang membantu mereka, sehingga akhirnya Fir'aun itu terbunuh. Fir'aun ini adalah Amenhotep IV yang mulai berkuasa di abad XIV SM.
Ketika Fir'aun Amenhotep IV dinobatkan sebagai raja pada 1375 SM, ia menjumpai kekolotan (konservatisme) dan tradisionalisme yang telah berlangsung selama berabad-abad, sehingga susunan masyarakat dalam hubungannya dengan istana kerajaan terus berlanjut tanpa adanya perubahan. Masyarakat menutup pintu rapat-rapat terhadap peristiwa dari luar dan kemajuan agama. Konservatisme yang sangat keras ini juga dikatakan oleh para pengembara Yunani kuno sebagai diakibatkan oleh kondisi geografis alam Mesir seperti disebutkan diatas.
Sesuai dengan ketentuan Fir'aun, agama resmi menuntut kepercayaan yang tidak terbatas dalam segala hal yang lama dan tradisional. Namun Amenhotep IV tidak menyetujui agama resmi tersebut. Ahli sejarah Ernst Gombrich menulis :
Amenhotep IV melakukan banyak perubahan terhadap banyak kebiasaan yang disucikan oleh tradisi tua dan tidak ingin untuk melakukan penyembahan terhadap tuhan yang berbentuk dalam berbagai simbol yang aneh dari kaumnya. Baginya hanya satu Tuhan yang perkasa yaitu Aton, yang disembahnya dan yang diejawantahkannya dalam bentuk matahari Ia menyebut dirinya setelah tuhannya, sebagai Akhenaton, dan ia memindahkan istananya menjauh dari jangkauan para pendeta dari tuhan-tuhan yang lain ke suatu tempat yang sekarang disebut dengan El-Amarna .2
Setelah kematian ayahnya, Amenhotep IV muda mendapatkan tekanan yang hebat. Tekanan ini disebabkan oleh kenyataan bahwa ia membangun sebuah agama yang berdasarkan paham monotheisme dengan mengubah agama tradisional politheisme Mesir dan memcoba untuk melakukan perubahan-perubabahan yang radikal dalam berbagai bidang. Namun para pemimpin Thebes tidak memperbolehkannya untuk menyampaikan pesan dari agama ini. Amenhotep IV dan orang-orangnya kemudian berpindah dari kota Thebes dan bermukim di Tell-El-Amarna. Disini mereka membangun sebuah kota baru yang modern yang dinamakan "Akh-et-aton". Amenhotep IV mengubah namanya yang berarti "kesenangan/kesayangan dari sang Amon" menjadi Akh-en-aton yang berarti "Tunduk kepada sang Aton". Amon adalah nama yang diberikan untuk patung (totem) yang terbesar dalam kepercayaan politheisme bangsa Mesir. Menururt Amenhotep IV, Aton adalah "pencipta dari surga dan dunia", penyamaan nama sebutannya untuk Allah.
Merasa terganggu dengan perkembangan ini, maka para pendeta Amon ingin merenggut kekuatan Akhenaton dengan menciptakan krisis ekonomu di negaranya. Akhenaton akhirnya terbunuh dengan cara diracun oleh para komplotan yang ingnin menghancurkannya. Para Fir'aun berikutnya merasa khawatir dan merekapun tenggelam dalam pelukan pengaruh para pendea tersebut.
Setelah Akhenaton, muncullah Fir'aun yang berkuasa dengan kekuatan militer. Hal ini sekali lagi mengakibatkan tradisi lama politheisme menjadi berkembang luas dan adanya usaha untuk kembali ke masa lalu. Beberapa abad kemudian, Ramses II yang berkuasa paling lama dalam sejarah Mesir diangkat menjadi raja. Menurut banyak ahli sejarah, Ramses II adalah Fir'aun yang menyiksa Bani Israel dan berperang terhadap Nabi Musa . 3


Datangnya Musa Sang Nabi
Karena kefanatikan mereka yang sangat hebat maka bangsa Mesir kuno tidak mau meninggalkan kepercayaan lama mereka. Beberapa orang datang kepada mereka dengan mengumumkan risalah untuk menyembah hanya Allah, namun kaum dari Fir'aun selalu kembali ke kepercayaan mereka yang sesat. Akhirnya, Nabi Musa diutus oleh Allah sebagai pembawa pesan (rasul) bagi mereka, dengan dua alasan, karena mereka telah mengambil sebuah sistem penuh kepalsuan yang bertentangan dengan agama sejati dan juga karena mereka telah memperbudak Bani Israel. Musa diperintahkan selain untuk mengundang bangsa Mesir terhadap agama yang haq dan juga untuk menyelamatkan anak-anak Israel dari perbudakan dan menunjukkan kepada mereka jalan yang benar. Dalam Al qur'an hal ini diebutkan :
Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir'aun dengan benar untuk orang-orang yang beriman. Sesugguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan khidup anak-anak peempuan mereka. Sesungguhnya Fir'aun termasuk kedalam orang-orang yang berbuat kerusakan. Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi), dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir'aun dan Haman beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan dari mereka itu. ( QS. Al-Qashash 3-6).
Fir'aun ingin mencegah bani Israel untuk bertambah jumlahnya dengan cara membunuh semua bayi laki-laki yang baru lahir. Inilah sebabnya mengapa ibunda Musa dengan mendapatkan ilham dari Allah SWT menempatkan Musa ke dalam keranjang dan menghanyutkannya ke sungai yang mengarah ke arah istana Fir'aun. Di dalam Al Qur'an ayat yang menyebutkan hal ini adalah :
Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa;"Susukanlah dia dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke dalam sungai (Nil). Dan jangnalah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikanya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul. Maka dipungutlah ia oleh keluarga Fir'aun yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir'aun dan Haman beserta tentara-tentaranya adalah orang-orang yang bersalah. Dan berkatalah istri Fir'aun;" (ia) biji mata bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat bagi kita atau kita ambil ia menjadi anak", sedangkan mereka tiada menyadari. ( QS Al Qhashas 7-9).
Orang-orang yang diperbudak oleh Fir'aun. Khususnya pada abad Kerajaan baru, kaum minoritas yang hidup di negara tersebut dipaksa untuk bekerja dalam proyek konstruksi yang sangat berat. Anak-anak Israel termasuk diantara minoritas ini. Gambar sebelah atas menunjukkan budak-budak yang nampak bekerja dalam pembangunan sebuah kuil sepertinya sebagain besar adalah anak-anak Israel. Gambar dibawah menunjukkan teknik persiapan yang dilakukan oleh para budak anak-anak Israel, sebelum melakukan pembuatan proyek konstruksi. Para budak sedang membuat batu bata dengan membakar lumpur di dalam api dan mempersiapkan adukan semen.
Istri Fir'aun mencegah pembunuhan terhadap (bayi) Musa dan mengangkatnya menjadi anak. Inilah sebabnya Musa menghabiskan wktu kecilnya di istana Fir'aun. Dan dengan pertolongan dari Allah ibu kandungnya dibawa ke istana sebagai ibu asuh Musa.
Ketika ia beranjak dewasa, suau hari Musa melihat penganiayaan terhadap seorang anak Israel oleh seorang Mesir dan Musa pun melerainya dan iapun memukul orang Mesir tersebut yang mengakibatkan kematian. Disamping kenyataan bahwa Musa hidup di istana Fir'aun dan ia telah diangkat anak oleh sang Ratu, maka pimpinan kota memutuskan bahwa hukuman untuk Musa adalah hukuman mati. Mendengar ini, maka Musa pun melarikan diri dari Mesir dan datang ke Madyan. Pada akhir masa ia berada di sana, Allah berfirman langsung kepadanya dan Allah mengkaruniakan Kenabian kepadanya. Ia diperintahkan untuk kembali ke Fir'aun dan menyampaikan pesan-pesan dari agama Allah untuk Fir'aun.
Diduga menurut banyak ahli sejarah sebagai Fir'aun yang disebutkan didalam Al Qur'an, Ramses II tampak sedang membunuh beberapa budak yang ia tangkap. Sebagaimana lukisan dinding ini juga mengungkapkan bahwa Fir'aun mengidolakan dan menggambarkan diri mereka sebagai pejuang-pejuang yang perkasa. Mereka dilambangkan sebagai pahlawan-pahlawan yang tingi dengan bahu lebar yang dapat mengalahkan sejumlah orang pada waktu bersamaan.
Istana Fir'aun
Musa dan Harun pergi ke Fir'aun dalam kepatuhannya terhadap perintah Allah dan menyampaikan kepadanya pesan-pesan dari agama yang sejati. Mereka memina Fir'aun untuk menghentikan penyisaannya terhadap anak-anak Israel dan membiarkan mereka pergi bersama Musa dan Harun. Hal ini tidak bisa diterima oleh Fir'aun, apalagi Musa yang telah dipeliharanya bertahun-tahun semenjak kecil dan yang nantinya kemungkinan besar adalah menjadi pewaris tahta, menentang Fir'aun dan berbicara kepadanya dengan cara seperti itu. Dengan alasan itu Fir'aun menuduh Musa tidak berterima kasih kepadanya:
Fir'aun menjawab;" Bukankah kami telah mengasuhmu di dalam (keluarga) kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberpa tahun dari umurmu, dan kamu telah berbua suatu perbuatan yang telah kamu lakukan itu dan kamu termasuk golongan orang-orang yang tidak membalas guna". ( QS Asy Syu'araa; 18-19).
Atas: Karena menganggap diri mereka mahkluk suci, para fir�aun berupaya untuk tampak lebih unggul dibanding orang- orang lain. Bawah: Tawanan perang yang tertangkap oleh orang Mesir tampak sedang menunggu pelaksanaan hukuman mati mereka.
Fir'aun mencoba bermain-main dengan perasaan Musa dan mempengaruhi kata hatinya. Fir'aun berkata bahwa ia dan istrinyalah yang telah membesarkan Musa, maka Musa lah seharusnya yang harus patuh kepada Fir'aun. Terlebih lagi Musa telah membunuh seorang Mesir. Semua tindakan ini mengharuskan hukuman yang sangat berat menurut bangsa Mesir. Keadaan yang emosional yang dicoba diciptakan oleh Fir'aun juga ditujukan untuk mempengaruhi para pemimpin dari rakyatnya, sehingga merekapun menyetujui apa yang disampaikan oleh Fir'aun.
Dilain pihak, risalah yang disampaikan oleh agama yang haq yang disampaikan oleh Musa mengurangi kekuasan Fir'aun dan menurunkan derajatnya sama seperti halnya orang-orang kebanyakan. Dari kenyataan ini akan terungkap bahwa ia bukanlah tuhan dan terlebih lagi ia akan dipaksa untuk tunduk kepada Musa. Disamping itu jika ia membebaskan anak-anak Israel, ia akan kehilangan banyak tenaga kerja yang penting dan hal tersebut dapat menimbulkan hal yang sangat berbahaya.
Berdasarkan alasan ini, maka Fir'aun bahkan tidak mau mendengarkan apa yang dikatakan Musa. Ia mencoba untuk meledeknya dan mencoba untuk mengubah pokok pembicaraan dengan menanyakan pertanyaan yang tidak berarti. Pada saat yang sama ia mencoba untuk menempatkan Musa dan Harun sebagai orang-orang yang membuat keonaran dan menuduh mereka mempunyai motif-motif politik tertentu. Akhirnya baik Fir'aun maupun para pemimpin kaum serta orang-orang dalam lingkaran dekat mereka kecuali para tukang sihir tidak mematuhi Musa dan Harun. Mereka tidak mengikuti agama yang haq yang telah ditunjukkan kepada mereka. Itulah sebabnya Allah segera mengirimkan bencana kepada mereka.

IRamses II tampak dalam kereta perangnya menghalau sejumlah besar pasukan musuh. Seperti halnya yang lain hal ini merupakan gambaran imajinasi para pelukis berdasarkan scenario/keinginan dari Fir'aun.

Perang Kadesh. Dalam pertempuran antara Ramses dan Hittit, dipalsukan dalam sejarah bangsa Mesir sebagai kemenangan besar Fir'aun. Kenyataannya, Fir'aun diselamatkan dari kematian pada saat-saat terakhir dan ia terpaksa melakukan perdamaian.





Bencana Yang Menimpa Fir'aun dan Lingkaran Dekatnya.
Fir'aun dan lingkaran dekatnya sangatlah terlibat secara mendalam terhadap politheisme mereka dan ini adalah " agama nenek moyang mereka" yang mereka tidak terpikirkan untuk meninggalkannya. Meskipun ada dua mukjizat dari Musa, yaitu tangannya yang mengeluarkan sinar putih serta tongkatnya yang berubah menjadi ular, tidaklah cukup bagi mereka untuk berpindah dari rasa tahayul mereka. Mereka justru mengungkapkan rasa tersebut secara terbuka. Mereka berkata: "Bagaimanapun kamu mendatangkan keterangan kepada kami untuk menyihir kami dengan keterangan itu, maka kami sekali-kali tidak akan pernah beriman kepadamu". (QS Al A'raf 132).
Karena perilaku mereka, Allah mengirimkan sejumlah bencana kepada mereka sebagai "mukjizat tersendiri" untuk membuat mereka merasakan azab di dunia, sebelum mereka mendapatkan siksaan yang abadi di alam keabadian. Pertama-tama mereka diberikan masa kekeringan yang panjang dan kelangkaan panen. Berkaitan dengan hal ini dikatakan dalam Al Qur'an: "Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Fir'aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan supaya mereka mengambil pelajaran. (QS Al A'raf 130).
Mesir mendasarkan system pertanian mereka pada sungai Nil dan itulah sebabnya mereka tidak terpengaruh oleh perubahan keadaan alam. Namun sebuah bencana yang tak terduga menimpa mereka karena Fir'aun dan lingkaran dekatnya yang terlalu banggga dan sombong terhadap Allah dan mengingkari Rasul Nya. Kemungkinan besar dengan berbagai sebab, permukaan sungai Nil menyusut secara mencolok dan saluran irigasi yang berasal dari sungai tidak mampu mengalirkan air yang cukup untuk lahan pertanian mereka. Panas yang menyengat menyebabkan tanaman pertanian mongering. Dengan demikian bencana yang datang menimpa Fir'aun dan lingkaran dekatnya berasal dari berbagai arah yang tidak pernah diduga sama sekali, termsuk juga dari sungai Nil yang mereka andalkan. Musim kemarau yang berkepanjangan mencemaskan hati Fir'aun yang sebelumnya biasa berkata kepada kaumnya sebagai berikut: "Hai kaumku, bukankah kerajan Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah ) singai-sungai ini mengalir dibawahku; maka apakah kamu tidak melihat(nya)?". (QS AZ Zukhruf 51).
Bahkan mereka malahan menuduh bahwa semua kejadian tersebut disebabkan oleh kesialan yang dibawa oleh Musa dan bani Israel. Mereka dikuasai oleh semacam keyakinan karena kepercayan takhayul mereka dan agama nenek moyang mereka. Karenanya memilih untuk menderita bencana yang hebat, namun apa yang menimpa mereka tidaklah terbatas sampai disini. Ini hanyalah sebuah permulaan. Selanjutnya Allah mengirimkan kepada mereka serangkaian bencana lain. Bencana-bencana ini disebutkan sebagai berikut dalam Al Qur'an: " Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa". ( QS Al A'raaf 133).
Bencana-bencana yang Allah kirimkan terhadap Fir'aun dan kaumnya disekitarnya yang juga melakukan pengingkaran juga disebutkan dalam Perjanjian Lama yang sebagaimana juga disebutkan dalam Al Qur'an :'
Dan terdapat darah diseluruh penjuru tanah Mesir (Eksodus 7.21).
Dan bila kamu tidak megijinkan mereka pergi, tunggulah, Aku akan menghantam seluruh kawasan mereka (Mesir-pen) dengan katak, dan sungai akan mengalirkan katak-katak yang berlimpah-ruah, yang kemudian katak itu akan naik, masuk ke rumah, ke bilik/kamar tidur, dan di atas tempat tidur mereka, dan masuk ke rumah para pembantu, dan ke orang-orang banyak, masuk ke tungku-tungku masak serta bak adonan (makanan-pen) mereka. (Eksodus, 8: 2-3)
Dan Tuhan berkata kepada Musa, "Sampaikan kepada Harun (Aaron), renggangkanlah tangkai/batang pohon, dan pukullah debu di tanah, niscaya seluruh tanah mesir akan penuh dengan kutu." (Eksodus, 8: 16)
Dan belalang muncul di seluruh daratan Mesir, dan berhenti di seluruh batas pantai Mesir, sehingga mereka sangat sedih, sebelum mereka, tidak pernah ada wabah belalang seperti itu, dan tidak pula terjadi sesudah mereka. (Eksodus: 10:14)
Kemudian, para ahli ilmu hitam berkata kepada Pharaoh, Ini adalah jari Tuhan: dan hati Pharaoh pun mengeras, dan tidak mendengarkan mereka, sebagaimana apa yang telah dikatakan Tuhan. (Eksodus, 8:19)
Bencana yang mengerikan terus terjadi menimpa Fir'aun dan lingkaran dekatnya . Beberapa bencana ini disebabkan olehpen yembahan objek tertentu sebagai tuhan orang-orang yang musyrik ini. Sebagai contoh, sungai Nil dan katak dikeramatan oleh mereka dan mereka dewa-dewkan. Mereka mengharapkan petunjuk dari "tuhan-tuhan" mereka dan memintakan pertolongan mereka, maka Allah menghukum mereka melalui "tuhan-tuhan" mereka sendiri, merekapun tidak bisa melihat kesalahan yang mereka lakukan dan merekapun harus membayar atas kekeliruan yang mereka lakukan.
Berdasarkan penafsiran dari perjanjian Lama, "darah" maksudnya adalah berubahnya sungai Nil menjadi darah. Hal ini dapat diterangkan sebagai metaphora (perumpamaan) bahwa sungai Nil berubah menjadi merah. Berdasarkan kepada sebuah penafsiran, dikatakan bahwa yang mengakibatkan sungai menjadi berwarna merah adalah disebabkan oleh sejenis bakteri.
Sungai Nil adalah sumber utama dari kehidupan bangsa Mesir. Kerusakan yang terjadi terhadap sumber ini dapat berarti kematian bagi seluruh bangsa Mesir. Jika bakteri telah menutupi seluruh permukaam sungai Nil secara penuh sehingga mengubahnya menjadi merah, hal ini dapat mengakibatkan setiap mahkluk hidup yang menggunakan air tersebut akan terinfeksi oleh bakteri ini.
Keterangan berdasarkan penelitian saat ini yang menyebabkan warna air menjadi merah dikarenakan oleh protozoa, zooplankton, ganggang (phytoplankton) yang berkembang baik yang hidup di air asin maupun air tawar dan dinoflagellata. Aneka perkembangan tanamanm jamur ataupun protozoa menghisap oksigen dari dalam air dan menghasilkan racun yang berbahaya baik bagi ikan maupun katak.
Penyebutan dari peristiwa pengungsian anak-anak Israel disebutkan dalam Kiab Injil, Patricia A Tester dari National Marine Fisheries Service menulis dalam Annals of te New York Academy of Science mencatat bahwa dipekirankan 50 - 5000 spesies phytoplankton beracun, dan bagi yang beracun tersebut dapat membahyakan kehidupan laut. Dalam penerbitan yang sama, Ewen C.D. Todd dari badan Kesehatan Kanada, berdasarkan data prasejarah dan data sejarah idsebutkan bahwa hampir 24 contoh dari spesies phytoplankton menyebabkan berbagai macam wabah penyakit diseluruh penjuru dunia. W.W. Carmichael dan I.R. Falconer mencatat penyakit-penyakit yang berkaitan dengan ganggangbiru-hijau yang hidup di air tawar. Seorang ahli Ekologi perairan Joann M. Burkholder dari North Carolina State University menyebutkan bahwa sejenis dinoflagellata Pfiesteria piscimorte ( yang ditemukan di perairan muara ) spesies ini seperti namanya menunjukkan, dapat membunuh ikan .1
Di dalam masa Fir'aun serangkaian bencana ini muncul dan terjadi. Menurut skenario ini, ketika sungai Nil terkontaminasi (tercemari) maka ikan-ikan pun juga mati dan bangsa Mesir pun dicabut salah satu sumber nutrisinya yang sangat penting. Tanpa adanya ikan pemangsa, maka katak-katakpun dapat berkembang biak dengan sangat cepat baik dikolam-kolam maupun di sungai Nil sehingga terjadilah kelebihan populasi katak di sungai, akhirnya berpindah hewan yang berracun dan lingkungan yang telah membusuk berpindah ke daratan, disini merekapun mati dan membusuk bersama dengan ikan-ikan, Sungai Nil dan tanah yang berdekatan dengannya menjadi membusuk dan airnya berbahaya untuk diminum maupun digunakan untuk mandi. Terlebih lagi punahnya spesies katak menyebabkan berbagai jenis serangga seperti belalang, caplak dan kutu berkembangbiak secaa besar-besran.
Akhirnya, meski bagaimanapun bencana tersebut terjadi dan dampak yang diakibatkannya, baik Fir'aun maupun kaumnya tetap tidak berpaling kepada Allah untuk memperhatikannya, namun mereka tetap meneruskan kesombongannya.
Fir'aun dan lingkaran dekatnya yang sangat munafik, berpikir bahwa mereka dapat memperdayakan Musa dan juga Allah. Ketika hukuman yang mengerikan menimpa mereka, merekapun seketika itu juga memanggil Musa dan memintanya untuk menyelamatkan mereka dari bencana tersebut:
Dan ketika ditimpa azab (yang telah diterangkan itu) merekapun berkata; " Hai Musa mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu dengan (perantaraan) kenabian yang diketahui Allah ada pada sisimu. Sesunguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu daripada kami pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu". Maka setelah Kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang mereka sampai kepadanya, tiba-tiba merekapun mengingkarinya.( QS Al A'raf 134-135).

Mengungsi dari Mesir
Allah menerangkan kepda Fir'aun dan lingkaran dekatnya melalui Musa bahwa mereka seharusnya memperhatikan dan sekaligus peringatan bagi mereka. Namum jawabannya justru mereka memberontak dan menuduh Musa sebagai seorang yang kesurupan/gila dan pendusta. Allah mempersiapkan akhir yang sangat memalukan bagi mereka, Allah mengungkapkan kepada Musa apa yang akan terjadi :
Dan Kami wahyukan (perintahkan) kepada Musa; " Pergilah di malam hari dengan membawa hamba-hamba-Ku (Bani Israil), karena sesungguhnya kamu sekalian akan disusuli. Kemudian Fir'aun mengirimkan orang yang mengumpulkan (tentaranya) kekota-kota. (Fir'aun berkata): " Sesungguhnya mereka (Bani Isril) benar-bemar golongan kecil, dan sesungguhnya mereka membuat hal-hal yang menimbulkan amarah kita, dan sesungguhnya kita benar-benar golongan yang selalu terjaga-jaga". Maka Kami keluarkan Fir'aun dan kaumnya dari taman-taman dan mata air, dan (dari) perbendaharaan dan kedudukan yang mulia, demikianlah halnya dan Kami anugerahkan semuanya (itu) kepada Bani Israil. Maka Fir'aun dan bala tentaranya menyusuli mereka di waktu matahari terbit. Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul". ( QS Asy- Syu'araa 52-61).
Dalam keadaan dimana Bani Israil merasa bahwa mereka terjebak dan oang-orang Fir'aun berpikir bahwa mereka akan segera menangkap mereka, Musa berkata untuk tidak pernah kehilangan kepercayaan bahwa Allah akan menolong mereka: Musa menjawab; " sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku". (QS Asy Syu'araa 62).
Pada saat itu Allah menyelamatkan Musa dan Bani Israel dengan membelah lautan. Fir'aun dan orang-orangnya tenggelam didalam air yang menutup mereka setelah bani Israil telah menyeberang dengan selamat.
Lalu Kami wahyukan kepada Musa:" Pukullah lautan itu dengan tongkatmu". Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar. Dan di sanalah Kami dekatkan golongan yang lain. Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orangyang besertanya semuanya. Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda yang besar (mukjizat) dan tetapi kebanyakan dari mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. (QS Asy- Syu'araa 63-68).
Tongkat Musa bernilai mukjizat. Allah telah mengubahnya menjadi ular dalam penyampaian wahyu yang perma kepadanya, dan kemudian tongkat yang sama pula berubah menjadi ular yang menelan ular-ular jadi-jadian hasil ahli sihir Fir'aun. Dan sekarang Musa membelah lautan dengan tongkat yang sama pula, ini adalah mukjizat terbesar yang diberikan kepada Nabi Musa.
Apakah kejadian tersebut terjadi di Pantai Mediterania di Mesir ataukah di Laut Merah.
Tidak terdapat pendapat yang sama dimana Musa membelah lautan. Didalam Al Qur'anpun tidak terdapat keterangan terperinci tentang hal itu, kita tidak bisa yakin akan ketepatan berbagai pandangan terhdap hal ini. Beberapa sumber menunjukkan pantai Mediterania di Mesir sebagai tempat dimana lautan terbelah. Di dalam Ensiklopedia Judaica dikatakan;
Pendapat kebanyakan hari ini mengidentifikasikan Laut Merah dalam pengungsian adalah sebuah laguna di tepi pantai Mediternia. . 2
David ben Gurion menyatakan bahwa kejadian tersebut kemungkinan dapat terjadi dalam masa pemerintahan Ramses II, kemungkinan setelah penaklukan Khadesh. Dalam Buku Exodus dalam Perjanjian Lama dikatakan bahwa kejadian ini terjadi di Migdol dan Baal-Zephon yang terletak di sebelah utara delta. 3
Pandangan ini didasarkan pada perjanjian Lama. Dalam terjemahan buku Exodus dalam Kitab perjanjian Lama dikatakan bahwa Fir'aun dan orang-orangnya ditenggelamkan dilaut Merah. Namun bagi yang berpegang pada pandangan ini, kata yang diterjemahkan sebagai " Laut Merah (Red Sea)" sebenarnya adalah " Lautan alang-alang (Reeds)". Kata ini dikenal sebagai "Laut Merah" dalam berbagai sumber dan digunakan untuk menyebutkan lokasi tersebut. Bagaimanapun juga, " Laut Reeds" sebenarnya digunakan untuk merujuk kepada Pantai mediterania Mesir. Dalam perjanjian Lama, ketika menyebutkan jalur yang diikuti oleh Musa dan para pengikutnya, kata Migdol dan Baal-Zephon disebutkan, dan tempat ini terletak di sebelah utara Delta sungai Nil ditepian pantai Mesir. Laut Reed (alang-alang) berdsarkan implikasinya mendukung kemungkinan bahwa kejadian tersebut kemungkinan pernah terjadi di tepian pantai Mesir, karena di daerah ini, berdsarkan dari dari namanya reeds (alang-alang) yang tumbuh berkat tanah lumpur delta Nil.


Tenggelamnya Fir'aun dan orang-orangnya Di Lautan.
Al Qur'an memberitaukan kepada kita tentang aspek yang paling penting dari kejadian terbelahnya Laut merah. Menurut cerita Al Qur'an, Musa pergi dari Mesir bersama dengan Bani Israel yang patuh kepadanya. Namun Fir'aun tidak bisa menerima kepergian mereka tanpa seijinnya. Ia dan tentaranya mengikuti mereka "dalam keangkaramukaan dan dendam" (Qs Yunus 90). Begitu Musa dan bani Israel telah mencapai tepian pantai, Fir'aun dan tentaranya telah menyusul mereka. Beberapa orang Bani Israel melihat keadan ini mulai mengeluh kepada Musa. Menurut Perjanjian Lama mereka berkata kepada Musa :" mengapa kamu membawa kami pergi dari negeri kami, disana kami diperbudak namun setidak-tidaknya dapat hidup, sekarang kita akan mati". Kelemahan dari masyarakat ini juga disebutkan dalam Al Qur'an dalam ayat sebagai berikut: " Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa;"Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul".(QS Asy Syu'araa' 62).
Kenyataan ini bukanlah yang pertama ataupun yang terakhir bahwa bani Israel menunjukkan ketidak patuhan mereka. Kaum Musa berkata; " kami telah ditindas (oleh Fir'aun) sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu datang. Musa menjawab: "Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di muka bumi(Nya), maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu". (QS Al A'raaf 129).
Berlawanan dengan tingkah laku umatnya yang lemah, Musa sangatlah percaya diri semenjak ia percaya kepada Allah secara mendalam. Semenjak awal perjuangannya Allah telah memberitahukannya bahwa pertolongan dan dukungan-Nya akan selalu bersama Musa: "Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat". Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Fir'aun) dan katakanlah: " Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israel bersama kami dan janganlah kamu menyiksa mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk. (QS Thahaa 45-46).
Ketika Musa pertama kali bertemu dengan tukang sihir Fir'aun, ia merasa takut dalam hatinya ( QS Thaahaa 67). Allahpun memerintahkan Musa untuk tidak takut;" Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang). ( QS Thaahaa 68). Dengan demikian Musa dididik oleh Allah dan memperoleh kematangan penuh dalam menghormati petunjuk-Nya. Konsekuensinya ketika beberapa orang dari kaumnya mersa takut akan tertangkap, ia berkata: "sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku (QS Asy Syu'araa' 62).
Allah menyatakan kepada Musa bahwa ia harus memukul lautan dengan tongkatnya.:" Pukullah lautan itu dengan tongkatmu". Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar. (QS Asy Syu'araa' 63). Sesungguhnya pada saat Fir'aun melihat mukjizat tersebut, seharusnya ia menyadari bahwa hal yang sangat luar biasa terjadi. Dan ia sedang melihat campur tangan Sang maha Suci. Lautan terbuka bagi orang-orang yang ingin dihancurkan Fir'aun. Meskipun tidak ada jaminan bahwa lautan tidak akan menutup kembali setelah mereka menyebrang, namun ia dan bala tantaranya tetap menyusul bani Israil ke dalam lautan. Kemungkinan besar Fir'aun dan tentaranya telah kehilangan kemampuannya untuk berpikir sehat dikarenakan keangkaramurkaan dan kedengkian mereka, dan tidak bisa memahami mukjizat alam dari keadaan tersebut.
Al Qur'an menyebutkan saat-saat terakhir Fir'aun sebagai berikut:
Dan Kami memungkinkan Bani Israel melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah ia ;" Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israel, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". ( QS Yunus 90).
Kita dapat melihat mikjizat lain nabi Musa, dalam ayat berikut ;
Musa berkata;" Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, - ya Tuhan kami- akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta mereka dan kunci matilah ahti mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih". Allah berfirman;" Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus dan janganlah sekali-kali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahui". . ( QS Yunus 88-89).

Apakah sekarang (kamu baru percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.
Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesunguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuatan Kami.
( QS Yunus 91-92).

Sangatlah jelas untuk dipahami dari ayat ini bahwa Musa diberitahu atas pertanyaan, bahwa Fir'aun akan percaya kepada Allah pada saat ia menghadapi hukuman yang menyakitkan. Fir'aun benar-benar berkata bahwa ia percaya kepada Allah ketika air mulai menenggelamkannya. Sangatlah jelas bahwa tindakan Fir'aun merupakan tindakan yang tidak jujur dan bohong. Fir'aun mungkin mengatakan ini untuk menyelamatkan dirinya sendiri dari kematian akibat tenggelam.
Apakah sekarang (kamu baru percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesunguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuatan Kami. ( QS Yunus 91-92).
Kita juga diberitahu bahwa orang-orang Fir'aun sebagaimana Fir'aun sendiri juga menerima bagian hukuman mereka. Dikatakan bahwa bala tentara Fir'aun adalah orang-orang yang angkara murka dan penuh kebencian ( QS Yunus 91), "orang-orang yang berdosa" (QS Qashas 8), "berlaku salah" (QS Qasas 40) dan "mengira bahwa mereka tidak akan pernah kembali kepada Allah" (QS Qasas 39) dan sepeti halnya Fir'aun merekapun patut menerima hukuman dari Allah. Maka Allahpun melemparkan Fir'aun dan bala tentaranya ke dalam laut (QS Qashas 40).
Kemudian Kami menghukum mereka, maka Kami tenggelamkan mereka dilaut disebabakan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami itu. (QS Al A'raaf 136).
Allah menyebutkan dalam Al Qur'an semua yang terjadi setelah kematian Fir'aun :
Dan Kami pusakakan kepada kaum yang ditindas itu, negeri-negeri bahagian Timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka, dan Kami hancurkan apa yang telah diperbuat Fir'aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun oleh mereka (QS Al A'raaf 137).